Thursday, February 18, 2016

Proses Hukum Atas Tenggelanya Gabriella, Semuanya Berjalan Atas Penyertaan Tuhan.




Minggu sore, 20 September 2015, setelah penguburan Gaby selesai dilaksanakan dengan khidmat dan lancar, kami kembali ke rumah dengan membawa sejuta kesedihan. Sangat tidak enak rasanya menjalani hidup ini tanpa ada lagi kehadiran anak yang kita sayangi.
Kalau harta benda lenyap pelan-pelan bisa kita kumpulkan kembali. Tapi kalau nyawa anak hilang, sama saja masa depan orang tua ikut sirna. Apalagi kalau yang meninggal itu adalah anak tunggal, sakitnya pasti sangat luar biasa. Nyawa anak itu lebih berharga dari apapun juga. Bahkan bagi para orang tua, nyawa anak lebih berharga daripada nyawanya sendiri.    
Ya, bagi para orang tua yang pernah punya pengalaman ditinggal pergi anak selamanya, mungkin akan merasakan hal yang sama dan akan sama-sama berpikir “Kalau bisa saya saja yang mati, jangan anak saya. Kalau nyawa bisa ditukar, saya rela memberikan nyawa saya agar anak saya bisa hidup kembali. Anak saya masa depannya masih panjang, masih memiliki semangat hidup yang besar dan baru merasakan hidup di dunia ini beberapa tahun saja. Biar saya saja yang mati daripada anak saya.”
Tidak jarang kematian anak diikuti dengan shock berkepanjangan dari para orang tuanya, khusunya para ibu. Ada beberapa teman menceritakan seorang ibu yang anaknya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, hingga saat ini masih membutuhkan psikiater untuk membantunya menenangkan kejiwaannya. Ketegaran hati masing-masing orang memang berbeda-beda. Ada yang kuat menerima kenyataan pahit, namun ada juga yang rapuh, bahkan ada yang sampai mengalami masalah kejiwaan.
Bila saya melihat kenyataan pahit ini menimpa orang lain, atau saya sekedar membayangkan kenyataan pahit ini akan menimpa saya, jawabannya adalah “Saya tidak sanggup. Saya tidak tahu bagaimana lagi cara menjalani hidup selanjutnya tanpa kehadiran anak saya.”
Tapi ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ditengah kedukaan saya yang mendalam, Ia hadir dan selalu memberi kekuatan kepada saya. Saya juga heran betapa hebatnya Tuhan menenangkan hati saya. Bahkan sebagian orang ikut merasa heran melihat saya kelihatan begitu tenang menghadapi kenyataan ini. Jangankan orang lain, saya sendiri pun heran.
Saya patut bersyukur atas kebaikan dan penyertaan Tuhan dalam hidup saya, disaat hidup saya sangat terguncang. Ternyata dibalik kedukaan ini, Tuhan memberikan solusi kepada saya untuk mampu menghadapinya. Secara manusiawi kenyataan ini sangat sakit dan hati ini, seperti disayat-sayat ketika menyadari Gaby anak saya meninggal dunia. Tapi secara rohani saya merasakan kehadiran Tuhan sungguh nyata dan benar-benar realistis. Tanpa pertolongan Tuhan, mungkin saat ini saya tidak tahu nasibnya akan seperti apa.

Di samping kami berusaha mengatasi rasa kehilangan yang besar atas kepergian Gaby, kami juga harus berpikir langkah apa yang akan kami ambil selanjutnya.
Bagaimana dengan kronologi kematian Gaby yang menurut pihak rumah sakit dan kepolisian adalah “Kematian yang tidak wajar” ?
Bagaimana saya menyelesaikan masalah ini ?
Langkah apa yang harus saya ambil selanjutnya untuk proses hukum Gaby ?
Tiga pertanyaan itu baru terlintas setelah proses pemakaman telah selesai. Sebelumnya saya sama sekali tidak mau memikirkan itu. Saya cuma berpikir “Yang Gaby butuhkan saat ini adalah doa. Saya harus doa sebanyak-banyaknya, memohon kepada Tuhan agar jiwa Gaby diperkenankan masuk dalam KerahimanNya. Kalau bukan saya, mamanya, siapa lagi ? Maka yang ada di pikiran saya sejak Gaby dinyatakan meninggal sampai proses penguburan selesai adalah doa, doa, dan doa. Saya mau mengantar Gaby ke pintu gerbang Surga lewat doa-doa saya. Saya sayang Gaby. Saya mau Gaby masuk Surga.”


Dan untuk mendapatkan jawaban yang tepat, tentunya saya mencarinya lewat doa. Tiada hari saya lalui tanpa doa dan memohon petunjuk Tuhan. Saya berdoa di ruang doa. Keberadaan ruang doa itu adalah pelaksanaan dari cita-cita saya waktu kecil, dimana saat doa lingkungan saya menemukan sebuah rumah yang dilengkapi dengan Ruang Doa. Saat itu saya tanamkan dalam hati saya, nanti kalau sudah besar saya juga mau punya Ruang Doa. Sebab selama ini kalau berdoa suka ngga nyaman, sebentar di kamar, sebentar di ruang tamu ( yang penting tidak ada orang yang melihat, sebab saya tidak akan bisa konsentrasi kalau saya berdoa sambil dilihatin orang, atau sambil ada orang di sekitar saya ).
Teringat dulu saat ruang doa itu dipersiapkan, saya berkata dalam hati “Ya Tuhan, semoga Ruang Doa ini tidak menjadi sia-sia. Semoga Ruang Doa ini benar-benar hidup ( sering digunakan ). Semoga saya benar-benar bisa rajin berdoa supaya bisa semakin dekat denganMu ( Kebiasaan berdoa itu bagi saya seperti suatu magnet. Bila saya tidak terbiasa berdoa lama kelamaan saya malah akan menjadi malas berdoa dan makin jauh dari Tuhan. Tapi kalau sudah sekali berdoa secara khusuk, besok-besok akan ketagihan untuk terus berdoa, sebab doa yang kushuk akan membuat hati saya tenang dan saya merasa sangat dekat dengan Tuhan ).
Saya percaya Tuhan dengar doa saya. Bahkan saya yakin isi hati saya sekalipun Tuhan sangat paham. Saya pasrahkan semuanya kepada Tuhan. Saya tidak tahu harus berbuat apa, yang pasti saya mohon Tuhan memimpin langkah saya selanjutnya sesuai kehendakNya. Jadi proses hukum atas tenggelanya Gabriella, yang telah berjalan hingga saat ini, semuanya atas penyertaan Tuhan. 
 
JANJIMU S'PERTI FAJAR

Ketika ku hadapi kehidupan ini
Jalan mana yang harus ku pilih
Ku tahu ku tak mampu...
Ku tahu ku tak sanggup...
Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku

Akupun tahu, ku tak pernah sendiri
S'bab Engkau Allah yang menggendongku
TanganMu membelaiku...
CintaMu memuaskan ku...
Kau mengangkat ku
Ketempat yang tinggi....
Reff :
JanjiMu sperti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
CintaMu sperti sungai yang mengalir
Dan ku tahu betapa dalam kasihMu

Tuhan adalah hakim yang Maha Adil. Ia dapat melihat isi hati semua manusia dan Maha mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, karena Dialah yang berkuasa atas semua manusia di muka bumi ini.
Yang kami lakukan adalah berdoa dan berusaha ( ora et labora ). Kami yakin bila berusaha tanpa berdoa, atau sebaliknya, berdoa tanpa berusaha, hasilnya tidak akan maksimal. Jadi kami berusaha sambil berserah kepada Tuhan. Biar Tuhan yang memimpin dan memberkati usaha kami ini sesuai kehendakNya.
Bagaimana secara rohani saya menghadapi kenyataan ini ?
Iman dan Pengharapan adalah suatu hal yang tidak asing lagi dalam hidup saya. Saya selalu percaya, apapun yang terjadi, Tuhan selalu sayang sama saya dan selalu ada di dekat saya. Saya pun merasa saya bukanlah siapa-siapa ( hanya debu dan suatu saat akan kembali menjadi debu ). Oleh karena itu dalam menjalani hidup ini, saya selalu berharap kepada Tuhan, yang telah memberikan nafas kehidupan bagi saya selama ini.
Namun saya tahu, bahwa ada yang lebih penting dari iman dan pengharapan itu sendiri, yaitu KASIH.
Beberapa ayat Alkitab ( sesuai iman kepercayaan saya ) yang menjadi pedoman hidup saya :
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih ( 1 Kor 13:13)

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata :
"Berbahagialah  , hai kamu yang miskin  , karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis , karena kamu akan tertawa.” ( Lukas 6 : 20-21 )

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu , berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” ( Lukas 6 : 27-28 )

Yang paling sulit dipraktekkan adalah ayat yang terakhir ( Lukas 6 : 27-28 ). Tapi saya mencoba mempraktekkannya secara nyata dalam kehidupan saya saat ini dalam menghadapi kasus kematian Gaby di kolam renang sekolahnya. Awalnya sangat sulit rasanya untuk mengasihi mereka yang diduga bersalah atas kepergian Gaby. Namun setiap saya berdoa Bapa Kami, dan setiap saya menyebutkan kalimat “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” saya merasakan seperti ditampar. Saya belajar untuk mulai mengampuni mereka yang bersalah kepada saya. 

Menyadari saya juga bukan manusia yang sempurna dalam hal dosa, timbul keinginan saya untuk segera melakukan pengakuan dosa. Saya kemudian mendatangi seorang Romo di Gereja terdekat untuk menerima sakramen pengakuan dosa. Setelah melakukannya, hati saya menjadi lebih lega dari sebelumnya.



Saat ini saya sudah mengikhlaskan kepergian anak saya Gaby, untuk kembali kepada Allah Bapa di Surga. Saya juga sudah berserah kepada Tuhan atas kelanjutan proses hukum kasus Gaby. Biarlah kuasa Tuhan saja yang bekerja atas proses hukum Gabriella. Saya hanya berusaha, berdoa, percaya dan pasrah pada kehendak Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kami. Saya tidak mau memaksa Tuhan untuk mengabulkan doa saya, sebab saya tidak pantas melakukannya. Saya hanya berharap akan belas kasihNya atas doa-doa saya. 

Kerajaan Allah memang bukan berasal dari dunia ini, tapi kalau Tuhan mau menunjukkan kuasaNya di dunia ini, Why Not ? Kenapa tidak ? Semua kemungkinan bisa terjadi atas kehendakNya. Segala sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin akan menjadi mungikin bila Tuhan menghendakiNya.

 
Saya tahu dalam menyingkapi suatu kasus, pasti akan menuai pro dan kontra di masyarakat. Namun semua itu kembali lagi kepada keyakinan saya sendiri. Saya yakin dengan apa yang sejauh ini saya lakukan, sebab semuanya sudah saya serahkan kepada Tuhan. Tuhan yang akan menuntun saya di jalan yang sudah direncanakanNya untuk saya. Sebagai manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan, yang terpenting bagi saya adalah relasi saya kepada Tuhan. Sebab hanya Tuhan yang memahami isi hati saya saat ini.
 


Walaupun saya harus mendaki gunung, melewati lembah, menerjang badai dan angin topan, serta berjalan di dalam hutan belantara, asal saya berjalan bersama Tuhan Yesus, saya tidak takut, dan saya akan tetap memegang erat tanganNya, karena saya tahu Ia akan membawa saya kepada hamparan padang rumput yang hijau, dimana disana Gaby telah menunggu saya sambil tersenyum dan berkata “Ma, cium dulu.” Amin.

SEJAK KAU HADIR
Sejak Kau hadir dalam hidupku
Ku rasa semua berbeda
Walaupun langit terkadang kelabu
Namun ku tahu Engkau bersamaku
Kau sungguh berharga bagi diriku
Tak ingin ku jauh dariMu
Biarlah tangan ku menggenggamMu erat
Bawa aku dalam rencana Mu
Kau Allah sumber kekuatanku
Kau Allah sumber pengharapanku
S'lamanya ku kan hidup dalamMu
RancanganMu sempurna bagiku

No comments:

Post a Comment