Saturday, January 30, 2016

“Bie, Mandi yang Bersih Ya, Kan Mau Ketemu sama Tuhan Yesus.”




Setelah Dokter Forensik selesai melakukan visum luar jenazah Gaby, sekitar pukul 18.00 kami membawa jenazah Gaby bergegas menuju ke Rumah Duka. Kami tiba di rumah duka abadi sekitar pukul 19.45. Di rumah duka itu sudah ada beberapa tamu dan family yang datang, termasuk Chelsea dan omanya.
Jenazah Gaby kemudian disimpan sebentar di lemari pendingin sambil menunggu antrian pemandian jenazah. Saat itu ada seorang opa yang telah dimandikan jenazahnya dan sedang dipasangkan jas. Sambil menunggu antrian untuk memandikan jenazah Gaby, administrasi rumah duka menjelaskan kepada kami paket-paket yang ditawarkan untuk dipilih dan diputuskan mau diambil yang mana.
Sekitar 45 menit kemudian, tiba giliran Gaby untuk dimandikan. Saya meminta izin kepada petugas untuk ikut memandikan jenazah Gaby bersama papa Gaby. Saya percaya bahwa saat itu arwah Gaby masih berada di sekitar jenazahnya, dan saya tahu Gaby pasti lebih suka kalau mama dan papanya yang memandikan jenazahnya.
Biasanya, setiap sehabis les renang privat di kolam renang komplek dekat rumah kami, saya selalu memandikan Gaby di kamar mandi sekitar kolam itu. Bahkan di pagi hari itu pun, sebelum berangkat ke sekolah, saya masih memandikannya seperti biasanya. Saya tidak pernah menyangka itu adalah kesempatan terakhir saya untuk memandikan Gaby dalam keadaan masih hidup, sehat dan penuh semangat.
Tidak sengaja terlintas kenangan cerita sebuah sinetron yang pernah saya tonton bersama Gaby. Sinetron itu berkisah tentang seorang ibu yang sukses dalam karirnya, dan telah memiliki seorang anak perempuan cantik yang duduk di kelas 1 SD. Karena kesibukannya di kantor, untuk urusan menjaga anak dia percayakan sepenuhnya kepada Baby Sitter. Diceritakan Baby Sitternya sangat baik kepada anak itu. Namun anak itu sedih sebab mamanya tidak pernah memperhatikannya. Suatu ketika anak itu meminta mamanya untuk memandikannya satu kali saja. Dengan seribu satu alasan mamanya menolak permintaan itu. Saat anaknya sedikit memaksa, mamanya malah memarahinya. Anak itu menangis dan baby sitternya kembali menghibur anak itu.
Suatu hari, anak itu demam tinggi. Mama dan papanya belum pulang kerja. Baby Sitter itu segera menghubungi majikan perempuannya ( mama dari anak itu ). Tapi saat dihubungi, mamanya sedang memimpin meeting yang membahas tentang tender besar. Sebelum Baby Sitter itu sempat menjelaskan kondisi anak majikannya itu, majikan perempuannya terlebih dahulu mematikan panggilan telponnya. Saat hpnya kembali berbunyi, dia malah menonaktifkan hpnya itu.
Baby Sitter itu bingung, sebab majikan laki-lakinya juga gagal saat dihubungi. Yang dia bisa lakukan adalah menunggu kedua majikannya itu pulang ke rumah. Akhirnya ayah dari anak itu pulang ke rumah. Khawatir dengan kondisi anaknya dia segera melarikan anaknya ke rumah sakit. Sayang nyawa anak itu tidak tertolong. Sementara di kantor, mama dari anak itu sedang bahagia karena meetingnya berjalan lancar dan berhasil memenangkan tender besar.
Tidak lama kemudian, hpnya berdering. Kali ini panggilan dari suaminya. Suaminya mengabarkan bahwa anak mereka meninggal. Hancurlah perasaan wanita itu dan ia bergegas ke rumah sakit menemui jenazah anaknya. Dia dilanda penyesalan yang mendalam karena selama ini tidak pernah memberi perhatian kepada anaknya. Saat jenazah anaknya hendak dimandikan, sambil menangis wanita itu berkata “Tolong kasih kesempatan saya untuk memandikan jenazah anak saya untuk yang pertama kalinya. Saya telah bersalah kepada anak saya. Saya tidak pernah memandikannya selama dia hidup.”
Gaby langsung komentar “Kasian ya ma anaknya mati.” Saya menjawab “Ia Bie. Kalo Bibie panjang umur ya Bie.” Dan Gaby mengangguk.
Tidak disangka, kehidupan saya sekarang sudah seperti di sinetron itu. Anak saya juga meninggal mendadak. Bedanya anak saya meninggal karena tenggelam di kolam renang sekolahnya, bukan karena sakit. Dan saya memandikan jenazah anak saya bukan untuk yang pertama kalinya, tetapi untuk yang terakhir kalinya dalam hidupnya. Sejak Gaby bayi saya selalu memandikannya sendiri ( kadang dibantu omanya ) hingga di pagi hari sebelum ia tenggelam di sekolahnya.
Saat membasuh rambut Gaby dengan sabun, saya berkata “BIE, MANDI YANG BERSIH YA BIAR CANTIK, KAN MAU KETEMU SAMA TUHAN YESUS.” Setelah selesai memandikan Gaby dan pakaian sudah melekat di badannya dengan rapi, saya menciup pipinya sekali lagi. Pipi yang selama 8 tahun lebih sering saya cium. Pipi yang chabby, mulus, padat dan membal seperti bakpau.
Gaby walaupun mama sudah ngga bisa cium Bibie lagi sekarang, tapi mama ngga akan pernah lupa kenangan saat mama mencium pipi Bibie mulai dari bayi sampai saat terakhir mama drop Bibie di sekolah, sesaat setelah Bibie bilang “Ma, cium dulu.”
SEMOGA KATA-KATA TERAKHIR GABY DI DUNIA INI BUAT MAMA, MENJADI KATA-KATA PERTAMA GABY SAAT NANTI KITA BERTEMU LAGI DI RUMAH BAPA DI SURGA.
Sekali lagi saya mengucapkan doa Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, dan Kemuliaan sambil memeluknya, sebelum akhirnya Gaby diletakkan ke dalam Peti Jenazah. Dari dalam tempat pemandian, kami mendorong Peti Jenazah itu memasuki ruangan rumah duka.
Hari sudah semakin larut. Beberapa tamu, teman lingkungan, dan family yang sudah hadir sejak sebelum jenazah Gaby dimandikan, bergegas mendekati peti jenazah Gaby. Setelah berbincang beberapa saat dengan kami, para tamu berpamitan pulang, sebab waktu saat itu sudah cukup malam, sekitar pukul 22.30. Anehnya saya sama sekali tidak merasa lapar walaupun hari itu dari pagi belum makan apa-apa.
Tadinya saya mau menunggu jenazah Gaby, namun saya harus pulang dulu ke rumah karena ada barang-barang Gaby yang harus diambil. Sementara Chelsea dan omanya juga harus diantar pulang ke rumah untuk beristirahat. Dengan diantar adik ipar saya, kami pulang ke rumah, sementara papa Gaby stand by di rumah duka. Saya berjanji akan kembali lagi setelah ambil barang-barang Gaby di rumah.
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Chelsea muntah-muntah. Mungkin dia shock dengan kejadian di hari itu, dan dia terlalu lelah dengan itu semua. Kasihan Chelsea, dia telah kehilangan sosok cie-cie yang periang dan sosok cie-cie yang selama ini menjadi teladannya.
Selamat Jalan Menuju Rumah Bapa Cie Cie Gaby !
Tuhan Yesus kan bersamamu
Membimbing langkah jiwamu
Usah cemaskan diriku
Dalam Yesus kita bertemu
Di langit...di langit....
Kan terukir namamu
Di langit...di langit....
Dalam Yesus kita bertemu.
Amin.

No comments:

Post a Comment