Friday, September 16, 2016

TIGA HARI SEBELUM GABY TENGGELAM DI KOLAM RENANG SEKOLAHNYA

Mama tidak pernah lupa dengan kebersamaan kita Bie. H - 3 sebelum Bibie tenggelam di kolam renang sekolah Bibie, tepatnya sekitar jam 6 sore seperti sekarang ini, mama mandiin Bibie dan cuci rambut Bibie ( keramas ). Ternyata itu adalah kesempatan terakhir mama mencuci rambut Bibie.

Waktu itu mama bilang "Yuk kita mandi dan keramas Bie. Mama mau wangiin Bibie. Nanti kita pakai bedak baby dan mama ciumin Bibie like a baby."

Gaby paling suka dimanja seperti bayi kalau lagi senggang di rumah. Cara untuk membuat Gaby happy adalah memanjakannya seperti ketika dia bayi dulu. Dalam tulisan2 peninggalan Gaby tertulis "Gaby itu bayi mama."

Malam itu, Senin 14 September 2015 ( tepat satu tahun yang lalu ), 3 hari sebelum kepergian Gbay, setelah selesai mandi dan keramas, mama lap badan Bibie dan mama menaburkan bedak Pigeon baby ke badan dan pipi Bibie. Setelah rambut Bibie dikeringkan menggunakan handuk, mama memakaikan pakaian dalam Bibie. Setelah itu kita berpelukan sambil tiduran di ranjang. Mama masih ingat saat itu Bibie menempelkan pipi Bibie ke bibir mama kuat-kuat. Kita berpelukan sambil ketawa ketiwi like mom n baby. Lalu Bibie bilang "Oooo mama sayang Bibie banget sebanget bangetnya." ( Beberapa menit kemudian dede masuk ke kamar dan minta gantian untuk dipeluk juga ).

Kata-kata Bibie malam itu selalu mama ingat hingga saat ini Bie. Mama bahagia setiap mama ingat Bibie mengucapkan kata-kata itu ke mama. Mama bahagia kalau berhasil bikin Bibie happy dan berhasil membuat Bibie sadar betapa mama sayang sama Bibie.

Siapa yang menyangka, 3 hari setelah itu, mama mencuci rambut Bibie di tempat pemandian jenazah sambil berkata "Mandi yang bersih yah Bie, biar cantik. Kan Bibie mau ketemu sama Tuhan Yesus."

Mama tidak pernah melupakan setiap detail kebersamaan kita Bie. Mama juga sudah menulis sebuah Novel tentang Bibie, tentang kisah kebersamaan kita yang akan selalu mama ingat selamanya. Tapi sayangnya ketika mama mengajukan naskah novel tersebut ke salah satu penerbit besar di Jakarta, penerbit tersebut menolak naskah novel mama.

Tadinya mama berniat menerbitkan novel Bibie saat ultah Bibie di surga tanggal 27 Juni 2016 kemarin, sebagai hadiah spesial dari mama buat Bibie. Tapi karena naskahnya harus dipertimbangkan selama 2 bulan lebih di meja redaksi penerbit tempat pertama kali mama mengajukan naskah Bibie, pupus sudah harapan mama untuk menjadikan novel ini sebagai hadiah special di hari ultah Bibie yang ke 9 tahun.

Setelah menunggu lebih dari 2 bulan, ternyata naskah novel mama ditolak oleh penerbit tersebut. Beliau mengabarkannya setelah libur Lebaran kemarin. Mama berpikir, mungkin Tuhan belum mengizinkan novel ini terbit, supaya mama bisa lebih melengkapinya lagi. Setiap kali mama mengenang Bibie, ada saja serpihan-serpihan kenangan yang masih tertinggal, yang belum dituangkan dalam novel ini. Biarlah seiring berjalannya waktu, novel ini pun bisa semakin disempurnakan menyerupai kenyataan aslinya, tanpa ada serpihan-serpihan kisah yang tertinggal.

Mama juga sudah menyiapkan bahan untuk kesaksian di Gereja. Setiap ada kesempatan untuk memuliakan Tuhan, mama akan bersaksi tentang betapa baiknya Tuhan, karena telah mengaruniakan Bibie untuk menjadi anak mama dan betapa kasih Tuhan telah menguatkan mama dalam menghadapi kenyataan pahit kepergian Bibie secara mendadak dengan kasus kematian Bibie yang perlu diperjuangkan kebenarannya.

Mama tidak pernah lupa bahwa dahulu Tuhan telah memberikan Bibie kepada mama lewat perantaraan Doa Novena 3 Salam Maria.

Mama sadar betul bahwa Gaby adalah anak Tuhan Yesus. Maka selama Bibie hidup, mama berusaha untuk mengenalkan Gaby dengan Tuhan Yesus yang amat baik, yang sudah kasih Bibie buat jadi anak mama.
Mama mau Bibie setia kepada Tuhan Yesus sampai akhir hayat Bibie, sekalipun mama sudah tiada nanti. Namun ternyata kenyataan berkata lain. Bekal iman yang mama ajarkan kepada Bibie justru telah lebih dahulu dibuktikan oleh Bibie. Bibie duluan yang kini telah melihat cahaya kemuliaan Tuhan di Surga.
Semoga kepergian Bibie kepada Bapa di Surga, menjadikan mama sebagai pribadi yang semakin dekat dengan Tuhan, karena sesungguhnya separuh jiwa mama sudah ikut terangkat ke surga bersama kepergian Bibie. Sejak kepergian Bibie ke Rumah Bapa, kehadiran Tuhan semakin terasa nyata dalam setiap doa-doa mama. Itulah kebesaran Tuhan yang mama alami ditengah kedukaan mama kehilangan anak yang mama sayangi.

Love Bie forever...malaikat kecil mama yang telah membawa mama semakin dekat kepada Bapa di Surga.

No comments:

Post a Comment