Friday, September 30, 2016

HANCUR HATIKU MEMANDANG FOTOMU SAAT ITU...


Foto ini dipakai saat Misa Arwah Gaby di pinggir kolam renang sekolahnya, tempat dimana Gaby tenggelam. Foto ini juga yang menghiasi berita-berita online saat awal kejadian tenggelam itu.


Dalam Misa Arwah itu, ketika mama memandang foto Gaby yang memakai baju ini, mama kembali teringat momen saat kita membeli baju ini di Matahari Pasar Baru. Waktu itu dede juga mama beliin baju ini supaya bisa kembaran sama Bibie. Prinsip mama "Cie-cie dan dede harus kompak". Biar adil, mama juga sering membelikan baju yang sama untuk Bibie dan dede.

Celana panjang yang Bibie pakai ini juga beli di Matahari Pasar Baru, pada hari Minggu yang sama dengan pembelian baju merah dot-dot putih itu, yang ada bordiran Minnie Mausenya di bagian dada kiri.
Sepatu coklat itu juga kita beli di daerah Pasar Baru, di sebuah toko sepatu disana, dan mama juga membelikan sepatu yang sama untuk si dede.

Bando Minnie Mouse itu dibeli ketika Bibie disuruh mengenakan kostum dengan karakter tertentu di sekolah. Hari itu, pihak sekolah menyuruh tiap anak untuk mengenakan kostum sesuai karakter kesukaan mereka, dan membawa buku cerita sesuai karakter yang dipakai masing-masing anak.

Kak Fani yang membantu mama mencari bandonya, sebab mama kesulitan mencari bando Minnie Mouse itu.

Bando itu hanya dihiasi pita merah dengan dot-dot putih, namun tidak dilengkapi dengan telinga khas Minnie Mouse yang bulat, lebar, dan berwarna hitam. Akhirnya mama menambahkan telinga pada bando itu dengan menggunakan karton hitam, sehingga menyerupai kuping Minnie Mouse.

Hari itu, Bibie dan dede sama-sama menggunakan kostum Minnie Mouse, dengan membawa buku cerita Minnie Mouse yang sama ( mama membelinya sebanyak 2 buah ), memakai bando Minnie Mouse yang sama, memakai baju, celana, mangset, sarung tangan, dan sepatu yang sama.


Tanpa terasa, air mata menetes ketika mama memandang foto Bibie ini. Selama mengikuti Misa Arwah itu, hati mama hancur membayangkan detik-detik tenggelamnya Gaby disana.

Bagaimana perjuangan Bibie ketika Bibie berusaha untuk tetap hidup disaat Bibie mulai tenggelam ?

Bagaimana perihnya hidung dan paru-paru Bibie ketika air mulai masuk dan memenuhi paru-paru Bibie sehingga Bibie tidak lagi bisa bernafas ?

Berapa lama Bibie menanggung rasa sakit yang menghujam pernafasan Bibie selama tenggelam itu ?

Apakah Bibie berteriak memanggil-manggil mama dalam hati Bibie ketika semua itu terjadi ?

Maafkan mama Bie, mama tidak berada di samping Bibie ketika hidup Bibie di dunia ini harus berakhir. Semua terjadi diluar kemampuan mama.

MISA ARWAH DI PINGGIR KOLAM RENANG SEKOLAH TEMPAT GABY TEWAS TENGGELAM


Misa Arwah untuk Gaby diadakan pada Senin, 21 September 2015, di Pinggir Kolam Renang Sekolahnya, tempat dimana Gaby meregang nyawa 5 hari sebelumnya.



Di kolam renang sekolahnya inilah Gaby meregang nyawa. Kolam renang ini menjadi saksi bisu ketulusan hati Gaby, dimana ia berusaha untuk menolong teman dekatnya yang memanggil-manggil nama Gaby, namun justru berakhir dengan tenggelamnya Gaby karena tidak ada orang yang menolongnya ketika ia sendiri tenggelam setelah berusaha menolong temannya itu.


 Foto kolam renang di sekolah Gaby




DOA ROSARIO UNTUK GABY


Pada Kamis, 17 September 2015, sejak Gaby dinyatakan meninggal dunia, semuanya terasa seperti mimpi.

Selama tanggal 17 - 20 September 2015 itu, mama banyak menghabiskan hari-hari mama di rumah duka. Bila tamu yang datang sedikit ( siang hari ), mama akan selalu berdiri disamping peti jenazah Gaby dan berdoa Rosario. Melalui Doa Rosario, mama menyapa Mama Surgawi ( Bunda Maria ), yang mulai saat itu akan menjadi pendamping jiwa Bibie dalam kehidupan kekal di Rumah Bapa. 

Mama tidak pernah lupa, bahwa melalui perantaraan doa Novena 3 Salam Maria kepada Mama Surgawi, Mama telah mendapat kesempatan untuk menjadi mama Bie. Kini, mama memohon kepada Bunda Maria untuk membimbing jiwa Bibie, supaya bersama Bunda Maria, Bibie dapat senantiasa memuji dan memuliakan Allah Bapa dan Tuhan Yesus di Surga.

Masih teringat, ketika di rumah duka itu, dari pagi hingga malam hari, mama sama sekali tidak merasa lapar. AC di ruangan itu yang semakin sore terasa semakin dingin, seringkali membuat mama meriang.

Ketika hari mulai sore dan mama belum makan, badan mulai terasa seperti ngefly. Kalau sudah begitu, mama buru-buru memakan roti yang ada di meja tamu agar tidak sampai pingsan. Namun baru satu gigitan saja, rasanya seluruh gigi mama terasa ngilu ketika mengunyah roti itu. Ketika mama mencoba menelan satu gigitan roti itu, tenggorokan pun terasa tercekat. Setelah itu mama tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ke gigitan roti selanjutnya.

Ternyata begitulah rasanya ketika ditinggal pergi oleh orang-orang yang kita sayangi. Kepergian Gaby meninggalkan mama untuk selamanya, menjadi momen hidup terberat dan yang paling menyedihkan dalam sejarah hidup mama.

Tapi Tuhan senantiasa mendampingi dan menolong mama ditengah kedukaan mama, sehingga mama bisa tetap bersyukur dalam menjalani hidup ini, dengan keyakinan bahwa rencanaNya akan selalu indah pada waktuNya. Amin.

Tuesday, September 20, 2016

Misa Arwah 1 Tahun Wafatnya Gaby, Sabtu 17 September 2016


Slide Misa Arwah 1 Tahun Wafatnya Gaby :



Doa Pembukaan, dalam Misa Arwah 1 Tahun Wafatnya Gaby :



Homili / Khotbah dan Doa Umat, dalam Misa Arwah 1 Tahun Wafatnya Gaby :


Friday, September 16, 2016

VIDEO GABY AT SCHOOL

Slide berdurasi 13 menit ini dibuat untuk mengenang aktivitas Gaby di sekolahnya semasa hidupnya, dalam rangka peringatan 1 tahun kepergian Gabriella Sheryl Howard akibat tewas tenggelam di kolam renang sekolahnya.

Semoga slide ini menghantar teman-teman semua untuk bisa mengenal sosok Gaby lebih dekat lagi.

Terima kasih untuk dukungan dan doanya selama ini dari teman-teman semua, baik untuk ketenangan jiwa Gaby, maupun untuk keadilan proses hukumnya yang hingga saat ini masih terus kami perjuangkan.
Selamat menyaksikan. Tuhan memberkati.



DUA HARI SEBELUM GABY TENGGELAM DI KOLAM RENANG SEKOLAHNYA

H - 2 sebelum Gaby tenggelam di kolam renang sekolahnya, pada hari Selasa tanggal 15 September 2015 sekitar pukul 16.15 ( tepat 1 tahun yang lalu ), Gaby bersama ama sedang menonton TV di kamar ama. Sore itu mama terburu-buru mau antar dede les mandarin. Setelah mama pulang dari anter dede les, mama masih melihat Bibie sedang asik nonton bareng ama. Karena asik nonton TV, hari itu Bibie ngga keluar main sepeda.

Setelah jam menunjukkan pukul 17.30, mama ajak Bibie dan ama untuk jemput dede les. Kita bertiga ( mama, Bibie, ama ) berangkat menjemput dede les, lalu pulangnya kita mampir ke kantor. Saat itu kantor masih buka sampai jam 7 malam. Namun sejak kepergian Bibie, jam kantor pun diubah menjadi tutup jam 5 sore.

Di kantor ada papa Bie dan seorang staff yang masih bekerja ( kak Fani ). Malam itu, di kantor Bibie mencari mermaid tail hasil kreasi Bibie yang terbuat dari bahan karton bekas brosur. Tapi sayang mermaid tail kreasi Bibie ngga sengaja terbuang oleh papa Bie karena papa Bie ngga tahu kalau itu punya Bibie ( dikiranya kertas tidak terpakai ). Malam itu Bibie nangis bombay saat tahu mermaid tail Bibie ngga sengaja dibuang oleh papa Bie.

Mengapa Bibie membuat kreasi mermaid tail ? Karena di sekolah, Bibie ikut ekskul drama. Ekskul drama tersebut sedang mempersiapkan sebuah drama yang berjudul Little Mermaid.
Mengapa Bibie memilih ekskul drama ? ( Padahal sebenarnya Bibie ngga hobby drama, tapi Bibie hobbynya drawing dan art & craft ).

Alasannya adalah karena Bibie kecewa sebab saat acara Step Up Day kelas 2 SD menuju ke kelas 3 SD ( Juni 2015 ), Bibie tidak diikutsertakan dalam performance di sekolahnya.

Saat itu, dalam satu kelas Bibie, terdiri dari 4 orang anak perempuan dan sekitar 10 orang anak laki-laki. Ketiga anak perempuan teman sekelas Bibie semua diikutsertakan dalam performance, hanya Bibie sendiri satu-satunya anak perempuan yang tidak diikutsertakan dalam performance itu. Performance anak perempuan saat itu adalah membawakan tarian daerah.

Bibie bercerita bahwa ketika teman-temannya latihan menari, Bibie cuma lihatin aja. Padahal Bibie juga bisa menari. Bahkan Bibie berkata bahwa dia ikut bergoyang dan menari dari tempat duduknya.
Bibie sering mengeluh kepada papa dan mama tentang perihal tersebut. Setahu kami, yang namanya sekolah "internasional" biasanya selalu melibatkan semua murid saat tampil. Setiap murid memiliki hak yang sama untuk mengembangkan karakter mereka diatas panggung ( karena muridnya cenderung sedikit ).

Kami lalu menyampaikan kebijakan yang membuat Gaby kecewa tersebut kepada wali kelas 2 SD saat pengambilan raport pada bulan Juni 2015 ( beberapa hari setelah acara Step Up Day tersebut ). Sang wali kelas mengatakan bahwa yang mengatur kebijakan itu adalah guru musik dan kepala sekolah SD.

Lalu kami mendatangi ruang Kepsek SD tersebut untuk memberitahu kekecewaan kami atas kebijakan mereka yang membuat anak kami kecewa. Namun Kepsek tersebut tidak ditempat. Di ruangannya hanya ada Asisten Kepsek yang juga merangkap sebagai admin sekolah.

Kami menyampaikan pesan kepada admin sekolah agar ia menyampaikan kepada kepsek bahwa lain kali Gaby harus diikutsertakan saat performance seperti murid-murid lainnya. Papa Bibie berkata "Salah anak saya apa ? Kenapa tidak diikutsertakan saat performance ?"

Gaby adalah anak yang energik dan suka tampil diatas panggung. Oleh karena itu, Gaby sangat kecewa dengan kebijakan yang membuatnya merasa diperlakukan tidak adil di sekolahnya. Maka saat dirinya tidak diikutsertakan untuk tampil di acara Step Up Day Juni 2015 yang lalu, setiap hari Gaby mengeluhkan kekecewaannya itu kepada kami. Namun setelah Gaby mengetahui bahwa kami telah menyampaikan kepada Kepsek SD lewat pesan yang kami titipkan kepada admin sekolah ( assisten kepsek SD ), Gaby berkata "Terima kasih ya papa mama udah belain Bibie. Papa mama udah sayangin Bibie."

Kata-kata Gaby inilah yang menjadi penyemangat kami dalam memperjuangkan kasus kematian Gaby di sekolahnya hingga saat ini. Walaupun papa dan mama tidak bisa mendengar kata-kata Bibie lagi, tapi papa dan mama yakin dari surga Gaby akan berkata "Terima kasih ya papa mama udah belain Bibie. Papa mama udah sayangin Bibie."

Setelah naik ke kelas 3 SD, ketika dihadapkan pada pilihan ekskul, Gaby berkata "Gaby sukanya Art n Craft, tapi kalo Bibie pilih ikut ekskul drama mungkin Bibie bisa tampil performance di panggung." Karena Gaby mau punya kesempatan naik ke panggung, baik untuk acara drama ataupun menari ( pokoknya Gaby hobby naik panggung dan membawakan performance apapun ), Gaby memilih untuk ekskul drama.
Sayangnya, kini Gaby tidak pernah lagi punya kesempatan untuk tampil di panggung bersama teman-temannya di sekolah.

TIGA HARI SEBELUM GABY TENGGELAM DI KOLAM RENANG SEKOLAHNYA

Mama tidak pernah lupa dengan kebersamaan kita Bie. H - 3 sebelum Bibie tenggelam di kolam renang sekolah Bibie, tepatnya sekitar jam 6 sore seperti sekarang ini, mama mandiin Bibie dan cuci rambut Bibie ( keramas ). Ternyata itu adalah kesempatan terakhir mama mencuci rambut Bibie.

Waktu itu mama bilang "Yuk kita mandi dan keramas Bie. Mama mau wangiin Bibie. Nanti kita pakai bedak baby dan mama ciumin Bibie like a baby."

Gaby paling suka dimanja seperti bayi kalau lagi senggang di rumah. Cara untuk membuat Gaby happy adalah memanjakannya seperti ketika dia bayi dulu. Dalam tulisan2 peninggalan Gaby tertulis "Gaby itu bayi mama."

Malam itu, Senin 14 September 2015 ( tepat satu tahun yang lalu ), 3 hari sebelum kepergian Gbay, setelah selesai mandi dan keramas, mama lap badan Bibie dan mama menaburkan bedak Pigeon baby ke badan dan pipi Bibie. Setelah rambut Bibie dikeringkan menggunakan handuk, mama memakaikan pakaian dalam Bibie. Setelah itu kita berpelukan sambil tiduran di ranjang. Mama masih ingat saat itu Bibie menempelkan pipi Bibie ke bibir mama kuat-kuat. Kita berpelukan sambil ketawa ketiwi like mom n baby. Lalu Bibie bilang "Oooo mama sayang Bibie banget sebanget bangetnya." ( Beberapa menit kemudian dede masuk ke kamar dan minta gantian untuk dipeluk juga ).

Kata-kata Bibie malam itu selalu mama ingat hingga saat ini Bie. Mama bahagia setiap mama ingat Bibie mengucapkan kata-kata itu ke mama. Mama bahagia kalau berhasil bikin Bibie happy dan berhasil membuat Bibie sadar betapa mama sayang sama Bibie.

Siapa yang menyangka, 3 hari setelah itu, mama mencuci rambut Bibie di tempat pemandian jenazah sambil berkata "Mandi yang bersih yah Bie, biar cantik. Kan Bibie mau ketemu sama Tuhan Yesus."

Mama tidak pernah melupakan setiap detail kebersamaan kita Bie. Mama juga sudah menulis sebuah Novel tentang Bibie, tentang kisah kebersamaan kita yang akan selalu mama ingat selamanya. Tapi sayangnya ketika mama mengajukan naskah novel tersebut ke salah satu penerbit besar di Jakarta, penerbit tersebut menolak naskah novel mama.

Tadinya mama berniat menerbitkan novel Bibie saat ultah Bibie di surga tanggal 27 Juni 2016 kemarin, sebagai hadiah spesial dari mama buat Bibie. Tapi karena naskahnya harus dipertimbangkan selama 2 bulan lebih di meja redaksi penerbit tempat pertama kali mama mengajukan naskah Bibie, pupus sudah harapan mama untuk menjadikan novel ini sebagai hadiah special di hari ultah Bibie yang ke 9 tahun.

Setelah menunggu lebih dari 2 bulan, ternyata naskah novel mama ditolak oleh penerbit tersebut. Beliau mengabarkannya setelah libur Lebaran kemarin. Mama berpikir, mungkin Tuhan belum mengizinkan novel ini terbit, supaya mama bisa lebih melengkapinya lagi. Setiap kali mama mengenang Bibie, ada saja serpihan-serpihan kenangan yang masih tertinggal, yang belum dituangkan dalam novel ini. Biarlah seiring berjalannya waktu, novel ini pun bisa semakin disempurnakan menyerupai kenyataan aslinya, tanpa ada serpihan-serpihan kisah yang tertinggal.

Mama juga sudah menyiapkan bahan untuk kesaksian di Gereja. Setiap ada kesempatan untuk memuliakan Tuhan, mama akan bersaksi tentang betapa baiknya Tuhan, karena telah mengaruniakan Bibie untuk menjadi anak mama dan betapa kasih Tuhan telah menguatkan mama dalam menghadapi kenyataan pahit kepergian Bibie secara mendadak dengan kasus kematian Bibie yang perlu diperjuangkan kebenarannya.

Mama tidak pernah lupa bahwa dahulu Tuhan telah memberikan Bibie kepada mama lewat perantaraan Doa Novena 3 Salam Maria.

Mama sadar betul bahwa Gaby adalah anak Tuhan Yesus. Maka selama Bibie hidup, mama berusaha untuk mengenalkan Gaby dengan Tuhan Yesus yang amat baik, yang sudah kasih Bibie buat jadi anak mama.
Mama mau Bibie setia kepada Tuhan Yesus sampai akhir hayat Bibie, sekalipun mama sudah tiada nanti. Namun ternyata kenyataan berkata lain. Bekal iman yang mama ajarkan kepada Bibie justru telah lebih dahulu dibuktikan oleh Bibie. Bibie duluan yang kini telah melihat cahaya kemuliaan Tuhan di Surga.
Semoga kepergian Bibie kepada Bapa di Surga, menjadikan mama sebagai pribadi yang semakin dekat dengan Tuhan, karena sesungguhnya separuh jiwa mama sudah ikut terangkat ke surga bersama kepergian Bibie. Sejak kepergian Bibie ke Rumah Bapa, kehadiran Tuhan semakin terasa nyata dalam setiap doa-doa mama. Itulah kebesaran Tuhan yang mama alami ditengah kedukaan mama kehilangan anak yang mama sayangi.

Love Bie forever...malaikat kecil mama yang telah membawa mama semakin dekat kepada Bapa di Surga.

Kami sayang Gaby...

Setiap kali Bibie les privat renang ( mulai akhir bulan Mei 2015 ) mama selalu tungguin Bibie selama les renang. Mama selalu liatin Bibie. Mama foto-fotoin Bibie dan mama suka merekam Bibie ketika sedang latihan berenang.

Bahkan saat mama kebelet pipis pun mama tahan, karena mama tetap mau memantau Bibie berenang, walaupun saat itu Bibie sudah dijaga dan dilatih oleh guru les renang Bibie secara privat ( 1 guru untuk 1 anak selama 1 jam penuh nonstop, dengan jadwal les seminggu sekali di luar sekolah ). 

Sejak kecil papa mama selalu hati2 menjaga Bibie. Mencari pembantu rumah tangga pun papa Bie sampai pulang kampung karena tidak mau sembarangan mempekerjakan orang luar.

Sejak kecil Bibie selalu dalam pengawasan papa, mama dan ama sendiri. Tidak pernah papa mama meninggalkan Bibie dengan orang lain asing, baik di rumah, maupun saat antar jemput sekolah.

Dulu, kalau papa mama berhalangan jemput sekolah, hanya adik kandung papa Bibie yang boleh jemput Bibie di sekolah. Papa mama tidak pernah membiarkan Bibie pergi diantar orang lain tanpa pengawasan keluarga sendiri.

Di lantai 2 rumah, selalu terpasang pagar pengaman menuju tangga turun supaya Bibie dan dede lebih aman dan tidak terjatuh dari tangga. Hingga kini pagar di tangga lantai 2 rumah masih terpasang. Tiap-tiap jendela diberi teralis besi agar Bibie dan dede aman.

Bahkan mobil pun selalu di lock bagian pintu belakangnya, supaya Bibie dan dede aman dan tidak bisa membuka-buka pintu mobil dari dalam ketika mobil sedang melaju.

Kami memperhatikan hal-hal sekecil apapun untuk mengurangi resiko yang berbahaya bagi anak-anak kami, karena kami menyayanginya.

Saturday, September 3, 2016

Terseret Suasana Setahun yang Lalu ( Saat Kehilangan Gaby )


Tadi sore saya ke mall untuk mencari kado ultah buat si dede. Supaya surprise, saya hunting kado seorang diri. Seperti biasa saya parkir di besment. Setelah itu saya beranjak masuk ke dalam mall melalui pintu masuk terdekat.

Karena saya sudah sangat hafal dengan tata letak mall disana, saya tidak melihat lagi zona petunjuk di parkiran. Biasanya saya berpatokan pada pintu masuk terdekat tempat dimana saya memarkir kendaraan saya.

Ketika saya beranjak masuk ke dalam mall, hp saya berdering. Sambil mengangkat hp, saya berjalan menuju ke bagian dalam mall.

Belum selesai saya berbicara via telepon, mata saya tanpa sengaja tertuju pada sebuah stand pameran pendidikan. Stand tersebut tidak asing lagi bagi saya. Itu adalah stand sekolah Gaby.

Tanpa terasa, hampir satu tahun sudah kejadian tenggelamnya Gaby di kolam renang sekolah itu berlalu, dengan proses hukumnya yang hingga kini masih belum jelas.

Tanpa sadar pikiran saya pun melayang kepada kejadian hampir setahun yang lalu. Kejadian itu masih melekat dengan jelas dalam hati dan pikiran saya hingga saat ini. Kejadian itu masih terasa seperti kemarin bagi saya.

Setelah Gaby dipindahkan ke kamar jenazah, saya meminta izin kepada papa Gaby untuk pergi mencari baju Gaby yang akan dipakaikan di peti jenazah. Saat itu papa Gaby duduk di kamar jenazah menemani Gaby sambil mengabarkan berita duka atas kepergian Gaby kepada keluarga besarnya.

Sekitar pukul 10.30, saya ditemani seorang mommy dari teman sekelas dedenya Gaby ( yang datang ke emergency room sesaat setelah saya mengabarkan bahwa Gaby telah meninggal dunia ), mencari baju untuk Gaby di mall terdekat.

Saya berusaha mencari dress warna putih untuk Gaby, karena saya pernah berjanji kepada Gaby bahwa saya akan membelikan Gaby dress putih yang cantik bila nanti Gaby menerima Komuni Pertama di kelas 4 SD nanti, supaya Gaby terlihat seperti Princess.

Setelah berputar-putar di Keris Gallery, tepatnya di bagian pakaian anak perempuan, akhirnya saya menemukan dress putih yang bagus. Namun ukuran dress tersebut agak gambling antara muat dan tidak di badan Gaby, sebab nomor terbesar dress tersebut terlihat agak sempit untuk Gaby.

Mata saya pun tertuju pada dress pink cantik yang tergantung di sekitar sana. Ukuran dress pink itu lebih cocok dengan Gaby daripada dress yang berwarna putih tadi. Warna pink juga merupakan warna kesukaan Gaby. Namun karena saya ingin merealisasikan janji saya kepada Gaby tentang dress putih untuk Komuni Pertama, jadi saya putuskan untuk membeli dress yang berwarna putih.

Tapi sebelum membeli, saya bertanya terlebih dahulu kepada pramuniaganya "Mba, apa dressnya bisa ditukar kalau kekecilan ?" Karena pramuniaganya mengiakan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, saya pun membelinya tanpa ragu-ragu.

Setelah itu saya mencari sepatu untuk Gaby sesuai warna kesukaan Gaby, yaitu warna pink. Tanpa memakan waktu lama, sepatu yang dicari pun ketemu.

Kami lalu bergegas kembali menuju kamar jenazah tempat Gaby terbaring.

Saat tiba di kamar jenazah, situasi disana telah ramai. Saya melihat dede sedang menangis berlinang air mata di dekat jenazah Cie-cie Gaby. Ama Gaby, popo Gaby, paman dan tante Gaby pun telah berada disana.
Saya memperlihatkan dress putih yang baru saya beli kepada ama Gaby. Ama bilang "Kekecilan nih. Mana muat." Saya jawab "Tadi ada yang lebih gede, tapi warnanya pink. Apa tuker yang warna pink aja ya ?" Ama Gaby menyahut "Tuker aja dah. Mendingan yang gede sekalian, daripada ngga muat. Ntar repot lho kalo ngga muat. Mumpung masih disini ayo kita tuker sekarang." Akhirnya kami bertiga ( ama, dede, dan saya ) berjalan kaki ke mall untuk menukar dressnya.

Dengan pertimbangan dress pink lebih besar daripada dress putih, dan Gaby pun suka dengan warna pink, akhirnya kami pun menukarnya dengan dibantu pramuniaga disana ( sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku ).

Setelah itu kami menuju lantai dasar mall untuk bergegas kembali menuju kamar jenazah rumah sakit tempat dimana Gaby terbaring.

Di lantai dasar mall, secara kebetulan kami melewati sebuah toko baju. Saya sadar bahwa saya dan papa Gaby belum memiliki kaos putih polos untuk dipakai di rumah duka. Saya pun kemudian membeli kaos putih untuk kami berdua.

Ketika hendak keluar dari toko tersebut, hati saya kembali berkecamuk. Mengapa ? Karena di dekat toko baju tersebut berdiri stand pameran sekolahnya Gaby.

Kejadian ini sudah terjadi setahun yang lalu, tapi detail kejadian dan suasana hati saya di hari itu akan selalu membekas di hati saya. Saya perhatikan, pameran pendidikan di mall seringkali diselenggarakan setiap bulan September, setiap tahunnya.

Tadi sore saya hunting kado buat si dede di Keris Gallery. Kembali tanpa sengaja saya melihat dress pink yang dulu pernah saya beli untuk Gaby. Hanya saja sekarang motif brukatnya sedikit berbeda dan ukurannya tidak ada yang sebesar ukuran badan Gaby.

Suasana di mall hari ini seolah-olah menyeret saya untuk kembali ke peristiwa satu tahun yang lalu.
Setelah saya selesai mendapatkan barang yang saya cari, saya pun bergegas untuk pulang. Namun pikiran saya seperti heng dan ngeblank. Saya lupa dimana tadi saya memarkir kendaraan saya. Saya ingat pintu gate masuknya, tapi saya tidak ingat sama sekali patokan zona parkirnya.

Biasanya ngga pernah saya pikun seperti itu. Rasanya seperti korslet nih otak. Setelah beberapa kali berputar-putar di zona-zona parkir sekitar pintu masuk, untung akhirnya ketemu juga kendaraan saya.
Tadi hampir saja saya hendak meminta bantuan security yang suka keliling bersepeda di area parkiran, namun tidak jadi karena Tuhan sudah membantu saya menemukan kendaraan saya.

Dalam menghadapi persoalan-persoalan kecil Tuhan selalu membantu saya. Itulah yang meyakinkan saya bahwa Dia pun pasti akan menolong saya dalam menghadapi persoalan-persoalan yang besar. Amin.


Thursday, September 1, 2016

BEST FRIEND FOREVER...


Barusan mama terjaga dari tidur dan entah mengapa di telinga mama terngiang-ngiang suara Gaby sedang menyanyikan sebuah lagu yang dulu sering ia nyanyikan ketika di rumah, judulnya "Sahabat Selamanya."


Dua tiga kapal berlayar di samudra
Ayo sahabatku kita bergembira
Bermain bernyanyi bersama
Menikmati indahnya dunia

Karna sahabat untuk selamanya
Bersama untuk selamanya
Kau dan aku sahabat
Untuk selamanya setia

Gaby dan dede sering nonton film Upin Ipin. Lagu "Sahabat Selamanya" adalah salah satu lagu dalam film Upin Ipin yang sering dinyanyikan oleh Gaby.

Hati mama seolah-olah tersentak dengan nyanyian Bibie "Sahabat Selamanya" yang seakan-akan terngiang-ngiang di telinga mama barusan. Mama terdorong untuk segera bangun dari tempat tidur dan menuliskan ini :

Persahabatan sejati adalah ketika keduanya saling mengerti satu sama lain, saling menghibur, saling curhat, saling mendukung, saling menjaga, saling menghargai, saling menolong, saling berbagi, saling menerima kekurangan sahabatnya tanpa mempermasalahkannya, ada kenyamanan dalam kebersamaan, ada kegembiraan dalam kebersaman, ada harapan dalam kebersamaan, dan ada pengorbanan dalam kebersamaan.

Sahabat sejati tidak menuntut sahabatnya untuk bisa membuatnya selalu merasa nyaman, tetapi ia berusaha memberikan kenyamanan bagi sahabatnya.

Sahabat sejati tidak berusaha untuk menguasai sahabatnya, tidak menjajah kepentingan sahabatnya, tidak merasa lebih hebat dari sahabatnya, tetapi sahabat sejati selalu menempatkan diri sejajar dengan sahabatnya untuk saling berbagi, saling mendukung, saling melengkapi dan saling menolong.

Sahabat sejati tidak hanya memikirkan keselamatannya sendiri, tetapi ia juga peduli terhadap keselamatan sahabatnya.

Sahabat sejati tidak memegahkan diri sendiri, tetapi ia ikut berbahagia dengan kesuksesan sahabatnya.

Sahabat sejati tidak berbahagia diatas penderitaan sahabatnya, tetapi ia turut merasakan apa yang dirasakan sahabatnya.

Sahabat sejati tidak memperhitungkan kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada sahabatnya, karena ia melakukannya dengan tulus hati.

Sahabat sejati tidak mengharapkan pujian dan ucapan terima kasih dari sahabatnya, karena ia melakukan kebaikan bukan untuk mendapat pujian, tetapi untuk melihat sahabatnya berbahagia.

Sahabat sejati lebih sering memberi daripada menerima.

Sahabat sejati dengan tulus hati rela mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, dan bahkan nyawanya sendiri untuk sahabat yang dikasihinya tanpa pamrih.

Dalam sebuah persahabatan yang melibatkan dua pribadi yang berbeda dengan latar belakang kehidupan yang berbeda pula, seringkali menimbulkan kekecewaan.

Ada kalanya ketulusan hati dan pengorbanan kita tidak dihargai oleh sahabat kita.

Ada pula sahabat yang malah memanfaatkan kebaikan kita untuk menguntungkan dirinya sendiri.

Dalam kekecewaan kita, biarlah kita tetap menjadi pribadi yang tetap setia dan tulus hati kepada sahabat kita.

Ketika pengorbanan kita tidak dihargai atau tidak berarti apa-apa dimata sahabat kita, saat itulah kasih Tuhan mengalir dalam diri kita.

Tuhan telah lebih dahulu mengasihi kita tanpa syarat. Bila kita juga bisa mengasihi sesama kita tanpa syarat, disitulah kita baru bisa benar-benar menyadari dan menghargai kasih Tuhan kepada kita yang begitu besar.

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. ( Yohanes 15 : 13 )

Mengenang Satu Tahun Kepergian Gaby


17 hari lagi adalah peringatan 1 ( satu ) tahun kepergian Gaby meninggalkan dunia ini.

Walaupun kasus kematian Gaby sampai detik ini tidak kunjung terungkap dan kedepannya entah bagaimana nasibnya, tapi mama yakin jiwa Gaby sudah bahagia dalam pangkuan Bapa di Surga.

Cuma ini yang bisa mama lakukan untuk mengenang Gaby. Semoga kenangan manis bersama Gaby senantiasa menghiasi hati orang-orang yang pernah mengenal Gaby.

Ketika mama hendak menentukan jumlah pesanan mugnya, sempat timbul keinginan di hati mama untuk memberikan kenangan ini kepada teman-teman Gaby di sekolah. Tapi mengingat kasus kematian Gaby di sekolah yang hingga kini tidak kunjung terungkap, serta traumatik yang tertinggal di hati teman-teman Bibie, mama terpaksa mengurungkan niat mama. Nanti mereka malah merasa terganggu lagi.

Andaikan teman-teman Bibie semuanya telah melupakan Bibie, jangan kecewa yah Bie. Berbahagialah selalu di Surga bersama teman-teman baru Bibie disana.

Mama akan selalu menyayangi Bibie dan akan selalu berusaha memberikan yang terbaik buat Bibie, sebab mama yakin bahwa hidup Bibie hanya diubah, bukan dilenyapkan. Dan bahwa suatu kediaman abadi kini telah tersedia bagi Bibie di Surga.

Perkara dunia biarkan papa mama menyelesaikannya seturut kehendak Bapa. Mama ngga tau kedepannya akan seperti apa, tapi mama yakin Bapa di Surga mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikiran papa dan mama. Dia akan memimpin langkah papa mama sampai semuanya menjadi indah pada waktuNya.
Amin.


Doa Sederhana Gaby



Ini doa sederhana dan singkat yang mama ajarin ke Bibie menjelang tidur "Tuhan Yesus, terima kasih Tuhan Yesus udah sayangin Bibie. Bibie sayang Tuhan Yesus. Amin."

Ternyata doa singkat yang mama ajarin bener-bener masuk ke dalam hati Bibie, sehingga mama menemukan tulisan Bibie ini di dalam buku pelajaran agama yang papa beli untuk belajar di rumah. Sayangnya mama menemukan tulisan ini ketika Bibie telah tiada.

Tapi mama yakin, ketika mama baca tulisan ini, Bibie sudah benar-benar bahagia bersama Tuhan Yesus yang sangat menyayangi Bibie.

Mama juga bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi anak yang begitu sayang sama papa mama dan yang begitu menghargai kasih sayang yang papa mama berikan.

Walaupun kebersamaan kita di dunia ini hanya sampai 8 tahun, tapi mama yakin kekuatan cinta kasih diantara kita akan mempertemukan kita kembali kelak di Rumah Bapa. Amin.

Jatuh Bangun Perjuangan kami untuk Kasus Kematian Gaby

Terkenang saat-saat pertama kami kehilangan Gaby. Kami sibuk dengan kesedihan kami sendiri dan tidak memiliki gambaran apapun mengenai langkah kami selanjutnya atas kasus Gaby ini.

Kami hanya berdoa dan mohon petunjuk Tuhan agar kami bisa memilih langkah terbaik sesuai kehendakNya. Dan perlahan-lahan Tuhan memberikan petunjukNya satu demi satu.

Perjalanan proses hukum yang diwarnai dengan perjuangan kami yang tidak mudah, pada akhirnya membuahkan sukacita tersendiri di hati kami. Sukacita karena Tuhan selalu ada di samping kami.

PertolonganNya tidak pernah terlambat. Apa yang tidak pernah kami pikirkan, Tuhan selalu menyediakan dengan caraNya yang ajaib.

Bila kami flash back alur perjalanan kasus Gaby ini, mungkin grafiknya adalah naik turun. Turun ketika kami menemui jalan buntu, lalu tiba-tiba grafiknya naik kembali dengan pertolongan Tuhan.

Mendaki gunung lewati lembah
Sungai mengalir indah ke samudra
Bersama Tuhan bertualang....

Tidak lupa kami juga senantiasa membawa bekal selama perjalanan kami, supaya apabila nafas kami tiba-tiba terhenti di tengah perjalanan mendaki gunung dan melewati lembah ini, bekal yang kami bawa selama perjalanan bisa cukup untuk mengantar kami ke tempat dimana Gaby berada.

Enjoy my life...Enjoy your life...God Bless us...Amen...

Baju Pramuka Gaby Baru 3x Dipakai


Hari ini murid-murid di berbagai sekolah mengenakan pakaian Pramuka untuk memperingati hari pramuka.
Hari pramuka kembali mengingatkan saya dengan foto ini.

Ini adalah foto yang diambil 3 ( tiga ) minggu sebelum Gaby tewas tenggelam di kolam renang sekolahnya, Global Sevilla International School Puri Indah, Kembangan, Jakarta Barat.

Foto ini diambil ketika Gaby pertama kali memakai pakaian pramuka, yaitu pada Rabu, 2 September 2015 ( teman2nya sudah duluan mendapatkan seragam pramuka. Sedangkan Gaby paling terakhir mendapatkan seragam ini karena sebelumnya salah ukuran ).

Baju pramuka ini baru 3x dipakai oleh Gaby, yaitu pada tgl 2 Sept 2015, 9 Sept 2015, dan 16 Sept 2015.
Pada Kamis, 17 Sept 2015, Gaby harus pergi selamanya meninggalkan orang-orang yang menyayanginya.
Pada Kamis pagi itu, setelah pihak sekolah menelpon saya dan meminta kami untuk segera ke rumah sakit, saya menelpon papa Gaby dan juga menelpon ama Gaby di rumah, guna memberitahu kepada mereka tentang kabar tersebut.

Saat itu ama Gaby di rumah sedang ditemani mbak cuci baju yang sedang mencuci pakaian-pakaian, dimana salah satu pakaian yang dicucinya adalah pakaian pramuka Gaby ini.

Ama mulai cemas dengan kabar yang saya beritahu. Namun saya bilang " Nanti sampai rumah sakit akan saya kabarin lagi."

Sesampainya di rumah sakit, dokter menyatakan kepada saya bahwa Gaby telah tiada sejak ia tiba di rumah sakit itu. Saya langsung menelpon ama Gaby di rumah ( tapi sy tidak menelpon papa Gaby, sebab sy tahu papa Gaby sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit ).

Ketika saya mengabarkan bahwa Gaby telah tiada, ama Gaby berteriak-teriak histeris di telepon sambil menangis. Sementara mbak cuci baju masih terus mengerjakan tugasnya mencuci baju sambil menyaksikan kesedihan ama Gaby.

Ketika baju pramuka ini selesai dicuci dan digantung di jemuran baju, siapa yang menyangka bahwa pemilik baju pramuka ini telah tiada ?

Hanya dengan pertolongan Tuhan yang senantiasa menopang dan menguatkan kami, kami dapat melalui hari demi hari melewati kesedihan-kesedihan yang kami rasakan sebagai manusia normal.

Keyakinan bahwa kematian bukan akhir dari segalanya, dan bahwa suatu kediaman abadi kini telah tersedia bagi Gaby di surga, memberikan harapan baru bagi kami untuk berkumpul kembali dengan Gaby suatu hari nanti dalam kerahimanNya.

Tuhan Maha tahu segalanya. Biarlah proses hukum atas kematian Gaby ini berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan dan semua pihak yang terlibat di dalamnya, bertanggung jawab kepadaNya. Amin.

Pedas...Pedas...Pedas...


Pada awal kepergian Gaby meninggalkan kami untuk selamanya, setiap kali saya makan bakso, pempek, soto ayam, atau bakmi ayam, saya selalu menuangkan 4 sendok munjung cabe kedalam makanan saya.
Papa Gaby suka bilang "Makan cabe segitu banyaknya mao bunuh diri ya ?"

Saya sih ngga pernah denger orang sampai mati karena kebanyakan makan cabe, kecuali kalau cabenya beracun.


Sy makan cabe banyak-banyak supaya lidah saya turut berempati dengan rasa pedas yang ada di hati saya saat itu.

Rasa pedas karena harus kehilangan Gaby untuk selamanya.

GABY BELUM SEMPAT MEMAKAN KUE RISOL TERAKHIRNYA



Ini adalah kue risol kesukaan Gaby. Setiap kali ada pelajaran renang di sekolahnya, Gaby selalu minta dibawakan kue risol ini untuk dimakan saat snack time. Gaby suka bilang "Enaknya kalo habis berenang makan risol."

Pada hari kejadian Gaby tenggelam di kolam renang sekolahnya, yaitu pada Kamis, 17 September 2015, Gaby juga membawa bekal kue risol ini untuk snack time, sebanyak 2 buah. Disamping itu Gaby juga membawa bekal "Kwetiau Goreng" buatan amanya.

Pada malam sebelum peristiwa tenggelam itu, Gaby bilang ke amanya "Ama besok Bibie mau bawa risol buat snack time, dan kwetiau goreng buat lunch time."

Pagi itu, sebelum berangkat sekolah, amanya Gaby memasak kwetiau goreng itu dan membeli kue risol kesukaan Gaby. Ia lalu memasukkan semua bekal untuk Gaby itu ke dalam tas Gaby, begitu pula dengan dedenya.

Kalau pagi hari, saya dan ama Gaby memang bagi-bagi tugas. Saya yang memandikan Gaby dan dedenya serta menyiapkan mereka sampai mengenakan seragam lengkap, sementara amanya mempersiapkan bekal untuk mereka.

Setelah semuanya siap, saya mengantar mereka ke sekolah. Papa Gaby juga suka ikut mengantar mereka ke sekolah, tapi tidak setiap hari. Dan di hari terakhir itu dan sehari sebelumnya, ia tidak ikut mengantar anak-anak ke sekolah.

Pagi itu, seperti minggu sebelumnya, pelajaran renang wajib dimulai pukul 08.10 ( pada jam pelajaran kedua ). Namun naas, pelajaran renang kali itu malah membuat Gaby kehilangan nyawanya.

Kue risol dan kwetiau goreng yang ia bawa sebagai bekal pun belum sempat dimakannya. Botol air minumnya masih full, menandakan gaby juga belum meminumnya.

Semua tas dan barang-barang Gaby kami bawa pulang ke rumah pada hari Senin, tanggal 21 September 2015, sehari setelah jenazah Gaby dikuburkan. Saat itu, ama Gaby yang membongkar tas Gaby dan menemukan kue risol dan kwetiau goreng yang dimasukkannya sendiri di tanggal 17 September 2015 itu, sudah basi semua. Makanan itu tertutup rapat di tempat makannya selama 5 hari, karena Gaby belum sempat menyantapnya.

Saya melihat ama Gaby menitikkan air mata saat melihat kue risol, kuetiaw goreng, dan botol air minum yang semuanya belum sempat dimakan dan diminum oleh Gaby.

Saya masih ingat dengan jelas, bagaimana suasana di rumah kami pada awal kepergian Gaby meninggalkan kami untuk selamanya. Betapa berbedanya dunia ini kami lihat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, dimana kami masih bisa bersama-sama dengan Gaby. Nafas kami pun serasa sulit untuk ditarik keatas.
Itulah kehidupan. Dengan pertolongan Tuhan, perlahan-lahan kesedihan kami berubah menjadi sebuah harapan surgawi yang pasti, dimana suatu hari nanti kami akan berkumpul kembali dengan Gaby dalam kebahagiaan abadi di rumah Bapa. Amin.