Sunday, March 6, 2016

KAPAN MA KITA KE KIDZANIA ?

Sudah lama Gaby mengajak saya untuk jalan-jalan ke Kidzania. Akhirnya saya membeli tiketnya secara online, untuk berkunjung kesana saat Libur Lebaran 2015. Namun karena suatu halangan, akhirnya kunjungan kami undur menjadi Minggu, 16 Agustus 2015. Kami mengambil shift siang, kalau tidak salah ingat, mulainya jam 15.00 - 20.00.

Itu merupakan kunjungan pertama kami ke Kidzania, dan ternyata juga merupakan kunjungan terakhir Gaby ke Kidzania. Ya Tuhan, untung saja saya masih sempat mengajak Gaby ke Kidzania sebelum ia pergi untuk selamanya. Ngga tau deh gimana rasa bersalahnya kalau sampai belum sempat mengajak Gaby berkunjung ke Kidzania. Gaby dan Chelsea sangat happy sekali ketika diajak ke Kidzania.

Pertama, kami mengunjungi stand Kompas. Ceritanya mereka mau belajar menjadi seorang wartawan.




Saat belajar menjadi wartawan, mereka berdua diberi name tag dan ditugaskan untuk mewawancara stand Sari Roti. Setelah itu, mereka kembali lagi ke stand Kompas, dan mengetik hasil wawancara mereka. Setelah itu, hasil ketikan mereka diprint keluar seperti gambar surat kabar Kompas diatas. Di akhir sesi, mereka berdua diberi uang sebagai upah kerja ( cetakan berisi nominal tertentu yang berlaku untuk ditukarkan sovenir ). Begitu pula di tiap stand berkutnya, mereka akan diberi upah kerja di akhir sesi.

Hari itu pengunjung Kidzania terlihat sangat ramai. Mungkin karena keesokan harinya,Senin, 17 Agustus 2015 merupakan hari besar. Beberapa stand tampak dipadati pengunjung. Kami berkeliling mencari stand yang tidak terlalu ramai, agar tidak terlalu banyak waktu yang terpakai untuk antri. 

Setelah merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang wartawan, mereka masuk ke stand Bogasari, untuk belajar menjadi seorang pembuat kue. Pada stand itu, tampak mereka mengaduk-aduk adonan kue secara bergiliran dan menuangkan adonan ke dalam cetakan-cetakan kecil. Setelah selesai sesi membuat kue, petugas stand Bogasari membagikan kue kering kepada anak-anak saat meninggalkan stand itu.

Di seberang stand Bogasari, ada stand Dokter Gigi / Dentist. mereka mau belajar menjadi dokter gigi. Tapi karena menunggu antrian yang cukup panjang, akhirnya kami beralih ke stand lain. Selanjutnya mereka berdua memasuki stand Hospital. Pada stand itu ada beberapa pilihan pekerjaan, mulai dari perawat bayi, dokter, sampai dokter bedah. 

Gaby dan Chelsea sangat suka dengan bayi. Mereka mau tahu bagaimana rasanya menjadi seorang perawat bayi. Mereka diajarkan cara memandikan bayi, memakai bedak dan memberi susu pada bayi ( yang diperagakan menggunakan boneka bayi ). Sayangnya saat di stand perawat bayi, saya tidak sempat mengambil foto, karena tidak diperbolehkan ikut masuk ke dalam. Saya dan suami hanya menunggu di luar, sampai sesi mereka di stand itu selesai. Sebenarnya ada fasilitas fotografer yang telah mengambil gambar mereka saat menjadi perawat bayi, namun kami hanya menebus foto Chelsea dalam kostum perawat bayi, sedangkan Gaby kami memilih foto dengan kostum lain.

Setelah puas menjadi perawat bayi, mereka kembali mengantri di stand Hospital itu. Kali ini untuk belajar menjadi seorang dokter bedah. Saya pun tidak sempat mengambil fotonya, karena hanya bisa menunggu di luar stand, sementara ruangan bedahnya ada di lantai atasnya. 

Gaby bercerita "Serem juga ya ma jadi dokter bedah. Tadi aku lihat pasian bonekanya bener-bener kayak orang beneran." Ya kalau Gaby saja ngeri, sudah pasti dedenya lebih ngeri lagi. Tapi selama bisa menambah wawasan mereka, it's ok. Setelah selesai sesi di stand dokter bedah, mereka diberi Pocari Sweat.

Ketika melewati stand Bank, mereka saya minta untuk menyetorkan uang hasil gaji mereka masing-masing ke Bank, supaya mereka belajar cara menyetor uang.

Setelah itu, kami kembali berkeliling mencari stand baru yang hendak dicoba. Akhirnya kami memasuki stand Garuda Indonesia, untuk menjadi seorang pilot. Mereka berdua masuk ke sesi permainan, sementara saya menunggu di pintu keluar. Saat bertemu mereka di pintu keluar, Gaby mengeluh "Ma, si dede payah. Masa ketakutan banget. Aku mau setir pesawatnya, dedenya takut pesawatnya jatoh. Padahal itu kan bukan di pesawat beneran. Dede tuh ketakutan terus." Lalu dengan polosnya dede menjelaskan "Dede takut pesawatnya jatoh ma. Si cie-cie kan ga bisa nyetir pesawat."

Hari semakin sore, kami melanjutkan ke stand Pixy Gatzby untuk belajar menjadi seorang model. Anak-anak disediakan kostum dan aksesoris untuk bergaya di stage. Gaby memilih aksesoris kacamata hitam dan syal, sementara adiknya memilik bando kelinci sebagai aksesoris bergaya. Anak-anak dimake up, dan diberi pengarahan untuk bergaya di stage. Inilah gaya centil Gaby :


Setelah selesai merasakan menjadi seorang model, mereka masuk ke stand GEN FM untuk belajar menjadi seorang penyiar radio.





Foto inilah yang akhirnya satu bulan kemudian dipakai sebagai foto di peti jenazah Gaby.

"Bibie, hidup ini memang penuh misteri. Dulu Bibie yang latihan jadi penyiar radio, dan membaca materi tulisan yang telah disediakan di stand itu. Namun setelah Bibie pergi, malah mama dan papa yang diundang oleh Ibu Novita Tandry, untuk membagikan kisah Bibie di Radio Sonora FM." 

Terima kasih kepada Ibu Novita Tandry dari Happy Parenting, dan Mba Siska dari Radio Sonora FM, atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk berbagi kisah tentang putri kami tersayang Gabriella. Saya sangat suka dengan rangkaian kata-kata indah Ibu Novita yang begitu menyentuh, di akhir siaran itu, yang berbunyi :

"We will hold you tight, support you, guide you, teach you, hug you tight, protect you, and love you with all of my heart and soul. We are your parents since the day you were born and until we take our last breath.

Kami akan memegangmu dengan erat, mendukungmu, mengarahkanmu, mengajarmu, memelukmu dan melindungimu, serta mencintaimu dengan seluruh jiwa dan hatiku. Kami adalah orang tuamu dari engkau lahir sampai nafas kami yang terakhir. Till we meet you again Angel in Heaven “GABRIELLA SHERYL HOWARD” Rest in Peace. BIBIE, WE LOVE YOU ALL.”

Kalau saja Gaby bisa mendengar sapaan yang dikumandangkan lewat Radio Sonora FM itu, Gaby pasti akan tersenyum di Surga. Ya, semoga Gaby bisa mendengarnya dari Surga. Amin.

Setelah, selesai sesi menjadi seorang penyiar radio, kami kembali berkeliling mencari stand yang menarik. Kami mau mencoba stand Pabrik Coklat, sebab Gaby suka sekali makan coklat. Namun melihat antrian yang agak ramai, kami mengurungkan niat itu. 

Akhirnya kami memasuki stand Ekspedisi, untuk belajar menjadi seorang kurir. Pada stand ini, Gaby dan adiknya ditugaskan untuk mengirim paket dus ke alamat stand yang ditentukan dengan menggunakan trolly. 

Yang terakhir kami kunjungi adalah stand Yakult. Disana mereka belajar menjadi seorang profesor peneliti. 







Sebenarnya masih banyak stand yang belum sempat kami kunjungi, namun karena waktunya sudah habis, dan arena sudah mau ditutup, kami pun segera menukarkan uang upah kerja yang telah terkumpul, dengan sovenir yang bisa dipilih sesuai nilai uang yang telah terkumpul.

Sesuai dengan uang yang kami dapatkan, kami menukarnya dengan 2 buah ikat rambut berkarakter kelinci. Gaby memilih ikat rambut berwarna pink muda, sedangkan Chelsea memilih warna ungu. Ikat rambut itu sering mereka pakai ke sekolah.

Setelah menukarkan uang hasil kerja mereka dengan souvenir, kami ke ruangan khusus untuk melihat dan menebus foto-foto, yang telah diambil gambarnya oleh petugas fotografer disana. Cukup lama juga kami memilih fotonya, karena banyak pilihan. Kami berusaha memilih foto yang terbaik. Karena keasikan memilih foto, kami menjadi pengunjung terakhir yang keluar dari Kidzania di hari itu.

Kami melanjutkan dengan makan malam, lalu kembali ke rumah dengan happy. Saya berjanji kepada kedua anak saya, suatu saat akan mengajak mereka kembali ke Kidzania, untuk mencoba stand-stand lain yang belum sempat mereka coba. Namun sayang, Gaby sudah keburu pergi ke Surga.

"Chelsea, nanti mama tetap akan ajak Chelsea ke Kidzania lagi ya, untuk mempelajari profesi lainnya, yang kemarin belum sempat dede coba. Cie-cie Gaby pasti juga akan tersenyum melihat aktivitas kita dari Surga. Amin."


No comments:

Post a Comment