Friday, March 11, 2016

"CILUK...BA...CILUK...BA...CILUK...BA"

Kenang-kenangan sore terakhir sebelum Gaby tewas tenggelam.


Hari itu, Rabu 16 September 2015. Tanpa kusadari itu adalah hari terakhir aku bersama Gaby. Setiap Rabu di sekolahnya ada kegiatan pramuka. Jadi seperti minggu-minggu sebelumnya, hari itu semua murid (mulai kelas 1 SD) pulang jam 3 sore.
Seperti biasa setelah kujemput, aku membawa anak-anakku pulang ke rumah. Hari Rabu kebetulan anak-anakku bebas dari les. Setelah sampai di rumah, mereka makan dan mandi sore.
Setelah itu, sekitar pukul 17.00 aku menemani Gaby belajar ulangan mandarin untuk keesokan harinya. Sebelumnya Gaby sudah mempelajari materi ulangan mandarinnya, sehingga kami hanya mengulang saja, dengan waktu belajar tidak lebih dari 30 menit.
Kami belajar di kamarku, hanya berdua dengan Gaby. Memang aku tidak pernah menggabung Gaby dan adiknya kalau sedang belajar, sebab kalau digabung masing-masing akan berebut perhatian dan malah menciptakan kegaduhan yang mengacaukan konsentrasi belajar.
Aku selalu bergiliran kalau mengajari mereka. Pertama aku ajarkan Gaby ( mengajar Gaby lebih mudah sebab sudah mulai ada kesadaran belajar dan mulai bisa konsentrasi dan bertanggung jawab atas tugas dan ulangan ).
Mengajar dedenya Gaby lebih membutuhkan waktu lama, sebab konsentrasinya masih sepotong-sepotong. Malah seringkali si dede mengajak mamanya ngobrol saat belajar. Atau bahkan mamanya ditinggal tidur oleh si dede. Yah namanya masih kecil, apa boleh buat.
Hal menyenangkan disaat mengajarkan anak adalah kebersamaan kami. Kebersamaan itu yang paling terasa saat aku menemani mereka belajar.
Aku selalu membuat peraturan selama belajar "Jawab pertanyaan mama ya. Kalau jawabannya benar Gaby / dede mama cium. Tapi kalau jawabannya salah, mereka yang harus cium mama." Tapi kalau jawabannya salah2 terus, lama-lama mamanya gregetan juga. Kebiasaan burukku adalah tidak sabaran kalau ngajarin anak.
Rabu sore itu, sekitar pukul 18.00, Gaby sedang bersantai sambil nonton TV di kamarku. Sementara aku ke toilet sebentar. Setelah keluar dari toilet, timbul keisenganku untuk mengoda Gaby. Lalu aku mengintip dari balik tembok kamar melalui pintu kamar yang terbuka. Lalu kubilang "Ciluk !" Lalu Gaby menyahut "Ba !" Kuulang lagi "Ciluk !" Dan kembali Gaby menjawab "Ba !" Kami bersahut-sahutan sampai 10x Ciluk Ba. Lalu aku masuk ke kamar dan mencium pipi Gaby yang Tong Chang ( Smooth ) sesuai dengan materi yang akan ulangan besok, ada vocab "Tong Chang." Chelsea saat itu sedang sibuk bermain boneka di kamar sebelah yang connecting dengan kamarku.
Aku lalu bertanya kepada Gaby "Mau ikut mama jemput papa ngga ke depan sebentar ?" Gaby menjawab "Ngga ah. Aku nonton aja di rumah." Aku menjawab "Jangan nakal ya. Mama sebentar doang kok. Kan ntar mau ke lingkungan." Lalu aku meminta omanya menemani mereka berdua.
Saat ku kembali ke rumah, aku lihat sisa2 mainan Gaby dan adiknya yang sedikit berantakan di kamar. Si dede bercerita, mereka habis main bayi-bayian berdua menggunakan boneka. Permainan itu pula yang menjadi kebersamaan terakhir si dede bersama Cie-cie Gaby.
Aku membereskan kamar dan kami bersiap menghadiri doa lingkungan. Karena jaraknya dekat, kami berempat ( sekeluarga ) berjalan kaki menuju rumah tempat diadakannya doa lingkungan tersebut.
Sebelum berangkat, Gaby sempat melihat kiriman paket yang hari itu baru kuterima, yang berisi baju reuni orange dan tiket reuni sekolahku yang akan diadakan pada Sabtu, 19 September 2015, dimana Gaby juga mau ikut datang menghadirinya.
Foto berikut ini merupakan Foto Terakhir Gaby bersama kami, sebelum akhirnya dalam waktu sekitar 12 jam setelah acara itu, Gaby tewas tenggelam di kolam renang sekolahnya, saat pelajaran renang wajib, setelah berusaha menolong teman namun tidak terpantau guru.


Setelah acara itu selesai, kami pulang ke rumah. Karena waktu sudah cukup malam, kami pun tidur. Sebelum tidur, karena sebentar lagi mau reuni dan Gaby selalu berpesan kalau dia mau ikut, aku menyanyikan lagu Hymne sekolahku dulu untuk Gaby.
Malam itu kami semua tertidur pulas sampai bangun pagi keesokan harinya. Hari itu ternyata merupakan hari terburuk dalam sejarah hidupku. Hari dimana aku harus kehilangan putri pertamaku yang lincah dan periang, yang sangat kusayangi.
Selamat jalan sayangku
Doa mama selalu besertamu
Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi dalam kerahimanNya.
Sebagaimana Dia telah mempersatukan kita di dunia, demikian pula Dia kelak akan mempersatukan kita kembali dalam kerahimanNya. Amin.
Bertemu dalam kasihNya
Berkumpul dalam anugrahNya
Mari bersuka cita semua
Di dalam rumah Tuhan.

No comments:

Post a Comment