Thursday, February 16, 2017

SHARING IMAN DI HARI VALENTINE



Sepuluh bulan setelah kepergian Gaby meninggalkan dunia ini ( atau sekitar 7 bulan yang lalu ), kulit muka saya penuh dengan bintik-bintik jerawat. Saya sudah bolak balik ke dokter, mulai dari dokter kulit langganan sampai dokter kulit yang bukan langganan ( baru saya kunjungi ).

Beberapa hari setelah ke dokter kulit, jerawat saya mulai hilang sedikit demi sedikit. Namun setelah sebulan memakai krim dokter, jerawat mulai tumbuh kembali dan kulit wajah saya makin hancur/ kasar dari sebelumnya.

Setelah itu sy balik lagi ke dokter, dikasih krim baru lagi, dan minggu-minggu pertama jerawat mulai hilang kembali. Namun setelah sebulan pemakaian krim, kulit wajah saya kasar lagi, bahkan sampai gatal dan merah-merah. Begitu seterusnya.

Saya berpikir apakah krim wajah yang saya pakai membuat kulit saya jadi kecanduan ?

Ironisnya, banyak yang mengira kulit wajah saya kasar seperti permukaan bulan dan banyak jerawat karena saya stress dengan kepergian Gaby dan karena proses hukumnya yang berlarut-larut. Padahal kenyataannya saya tidak stress, karena setiap kali saya selesai berdoa, saya merasa Tuhan telah mengangkat seluruh beban hidup saya dan Dia telah menggantinya dengan sukacita serta kedamaian di hati saya.

Sampai akhirnya tgl 1 Januari 2017 saya sekeluarga berziarah ke Gua Maria Sawer Rahmat, Cisantana, Cirebon. Saat itu kondisi kulit wajah saya masih kasar, berjerawat, gatal dan merah, karena saat itu saya telah menyetop pemakaian krim dokter.

Motivasi kami berziarah karena kami bersyukur kasus Gaby sudah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan ( sudah P21 ) dan kami mau berdoa mohon agar Tuhan Yesus dan Bunda Maria senantiasa menyertai kami di pengadilan, agar proses peradilan atas kasus Gaby berjalan dengan jujur dan adil, serta kebenaran dapat terungkap sesuai fakta yang ada.

Kami mulai peziarahan kami dari bawah, dan menyalakan lilin serta berdoa di tiap-tiap perhentian Jalan Salib. Namun baru sampai perhentian ke 9, hujan deras turun. Akhirnya kami berteduh sebentar di depan WC yang ada di tepi tangga2 menuju Gua Maria. Setelah hujan agak reda, kami memutuskan untuk langsung naik ke Gua Maria. Kami memutuskan tidak melanjutkan jalan salib kami yang tadi, sebab tangga-tangga batu yang telah basah terguyur air hujan itu terlihat licin, sementara kami membawa seorang anak kecil ( dedenya Gaby ) dan juga seorang lansia ( neneknya Gaby ).



Setelah sampai di depan Gua Maria, kami sekeluarga berdoa rosario sambil berlindung dibawah payung ditengah hujan rintik-rintik. Hujan rintik-rintik seolah-olah menyatukan doa-doa kami dan merangkul kami sekeluarga dalam kebersamaan yang tak terlupakan.



Selesai berdoa, kami menuju mata air yang mengalir disamping Gua Maria. Saat itu saya mencuci wajah saya dengan air sambil berkata "Bunda Maria, semoga kulit wajah saya sembuh dan ngga jerawatan lagi." Lalu saya menampung air Gua dalam 2 botol aqua kosong yang telah kami bawa dari rumah.



Setelah itu, hujan turun kembali dengan deras sehingga kami harus berteduh di pendopo sekitar Gua. Setelah menunggu cukup lama dan hari semakin sore, kami memutuskan untuk menerobos hujan dengan payung, sambil menuruni tangga perlahan-lahan sampai ke bawah.

Di rumah, air yang saya ambil di Gua Maria tadi saya gunakan kembali untuk membasuh wajah saya. Setelah 3 kali saya membasuh wajah saya, jerawat saya hilang, kulit wajah saya tidak gatal dan tidak merah lagi. Jerawat saya juga tidak timbul lagi dan saya tidak perlu lagi menggunakan krim dokter secara berkala.

Kalau dulu si dede bilang "Muka mama kok banyak banget jerawatnya ?" Sekarang dede bilang "Muka mama udah ngga ada jerawatnya lagi sekarang. Udah ilang jerawatnya."

Lalu saya tanya "Siapa yang sembuhin jerawat mama de ? Dede jawab "Tuhan Yesus sama Bunda Maria." Dan saya menjawabnya dengan tepuk tangan.

Tuhan Yesus dan Bunda Maria telah menolong saya dalam perkara kecil, dan saya percaya Tuhan Yesus dan Bunda Maria juga akan menolong kami dalam perkara besar. Amin.

No comments:

Post a Comment