Sunday, September 3, 2017

ANDAI KU TAHU, KAPAN TIBA AJALMU...


Aku terduduk di kursi kerjaku. Kursi biru ini telah setia menemaniku selama hampir 7 tahun. Dalam setiap suka dukaku sejak awal merintis usaha kecil-kecilanku, kursi biru ini tidak pernah mengeluh saat ia harus menanggung bobot badanku dari pagi sampai malam. Di atas kursi biru ini, tanpa kusadari aku telah mengukir banyak sekali kenangan hidup, khususnya bersama anak-anakku.

Di atas kursi biru ini dulu aku sering memangku Gaby dan juga dede.
Di atas kursi biru ini aku sering menyuapi mereka makan sambil melayani pembeli.
Di atas kursi biru ini aku sering menemani Gaby membuat PR ( kadang PR Kumon, kadang PR les Mandarin, kadang PR sekolah ). Terkadang Gaby suka protes kalau dia lagi tanggung buat PRnya, tiba-tiba ada tamu datang sehingga mama menyuruhnya menunggu sebentar.

Di samping kursi biru ini Gaby dengan setia menemaniku, bahkan seringkali ia menungguku sampai jam kerjaku selesai.

Tak jarang Gaby tertidur di bangku sebelah kananku saat ia menungguku melayani pembeli yang datang membeli di waktu malam. Ya, jam kerjaku dulu memang sampai jam 8 malam. Aku memang sengaja mengatur jam kerjaku lebih panjang agar dapat menutup biaya sewa ruko yang lumayan tinggi. Namun demikian, aku masih tetap bisa bercengkrama dengan kedua anakku karena kami juga tinggal di ruko tempat usaha kami.

Di kursi biru ini aku sering memanjakan Gaby dan dedenya di sela-sela kesibukanku. Tak jarang pula aku mengecewakan mereka karena kesibukanku yang terkadang menyita konsentrasiku.

 

Tahun demi tahun berlalu, akhirnya kami memutuskan untuk memisahkan antara tempat kerja dengan tempat tinggal, dengan pertimbangan karena anak-anak kami sudah mulai besar dan mereka membutuhkan ruang lingkup bermain yang lebih nyaman. Sejak itu aku mulai membatasi jam kerjaku, dan lebih banyak menyerahkan pekerjaanku kepada staffku. Prinsipku adalah "Kalau anak-anakku pulang sekolah, aku juga harus pulang, karena sekarang tempat kerja sudah tidak gabung lagi dengan tempat usaha. Mereka akan kecewa bila pulang ke rumah ngga ada mamanya ( walaupun Amanya/ neneknya selalu stand by di rumah )."

Baru sekitar 1,5 tahun kami menikmati suasana tempat tinggal yang baru, Gaby mendadak kehilangan nyawanya saat mengikuti pelajaran renang wajib di sekolah karena tenggelam di kolam renang sekolahnya.

Kamis, 17 September 2015, pukul 09.11...

Di atas kursi biru ini, aku sedang googling mencari gambar-gambar untuk tugas Science Gaby tentang food groups yang akan dikumpul minggu depan. Tiba-tiba aku mendengar ponselku berdering.
Di atas kursi biru ini, aku menarik laci meja kerjaku.
Di atas kursi biru ini, aku menerima panggilan telepon masuk dari admin sekolah Gaby, yang menyuruhku bergegas datang ke rumah sakit.

Aku sempat berpikir "Jangan-jangan penipu yang mengaku-ngaku anakku sedang gawat." Ternyata teleponku diangkat oleh resepsionis yang membenarkan bahwa Gaby dilarikan ke rumah sakit. Namun saat aku bertanya "Siapa tadi yang nelpon saya ?" Resepsionis itu berkata "Sy kurang tahu. Mungkin Miss Kris.... kali."

Aku mulai deg-degan dan sedikit lemas. Aku lalu memberitahu papa Gaby via telepon dan papa Gaby menyuruhku langsung ke rumah sakit, nanti dia akan menyusul segera.

Staff ticketing yang duduk di sebelah kiriku ikut tegang menyaksikan keteganganku. Aku pun segera beranjak dari kursi kerjaku menuju rumah sakit.

Aku memang cukup dekat dengan anak-anakku, namun andai aku tahu bahwa salah satu anakku ( Gaby ) secepat itu pergi meninggalkanku untuk selamanya, aku akan memilih untuk menghabiskan seluruh waktuku bersama anak-anakku.

Sayangnya waktu tidak bisa terulang kembali. Hanya kenangan yang akan selalu tersimpan dalam sanubari. Kini waktuku full aku gunakan untuk mendampingi si dede, sambil terus mendoakan Gaby supaya ia selalu bahagia di surga.

Secara iman aku percaya Gaby sudah bahagia di Rumah Bapa, tapi aku tetap mendoakannya karena aku mau Gaby tetap merasakan kasih sayangku. Sejak bayi Gaby paling senang kalau diperhatikan dan disayang-sayang mamanya. Kata-kata terakhirnya "Ma cium dulu" menyiratkan makna bahwa Gaby selalu mau jadi kesayangan mamanya... FOREVER....until we meet again !

Kata-kata "Ma cium dulu" itu pula yang memberi semangat dalam memperjuangkan sebuah kebenaran atas kasus kematiannya. Sesungguhnya kasih sayang sejati bukan diwujudkan dari sebuah ciuman, tapi dibuktikan oleh perbuatan kasih yang nyata. Kasih itu akan selalu bersemayam di dalam hati orang yang memilikinya dan hanya mampu dipahami oleh orang yang mengalaminya secara langsung.

No comments:

Post a Comment