Tuesday, September 26, 2017

PERJUANGAN TERAKHIR KAMI UNTUK GABY !

 

Senin, 25 September 2017 adalah sidang ke-12 kasus kematian Gaby di kolam renang sekolahnya. Majelis Hakim membuka sidang di pengadilan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP). Sidang di TKP hari ini dihadiri oleh Ketiga Majelis Hakim, beberapa orang Jaksa, Terdakwa dan kedua pengacaranya, orang tua Gaby bersama ama/ nenek Gaby, paman Gaby dan tante Gaby, serta disaksikan oleh Direktur sekolah, Kepala Sekolah SD, beberapa guru yang bekerja di sekolah tersebut. 

Mama berangkat dari rumah menuju pengadilan pukul 09.30. Karena takut terjebak macet, mama memilih dibonceng menggunakan sepeda motor. Mama tiba di pengadilan sekitar pukul 10.30. Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya sidang dibuka di ruang sidang, dilanjutkan ke TKP.

Dengan memesan Grab, mama meluncur dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat ke TKP yaitu sekolah tempat Gaby meregang nyawa. Sesaat setelah mama naik Grab, abang Grabnya bertanya "Habis sidang yah bu ?" Mama jawab "Ia pak. Hakimnya mau sidang di tempat kejadian perkara. Kasus anak saya yang tenggelam di kolam renang sekolah itu pak." Abang Grabnya lalu berkata "Oh yang anak tenggelam di sekolah itu. Saya juga nonton tuh bu beritanya. Sudah lama juga yah bu kasusnya." Mama jawab "Ia pak. Sudah dua tahun lebih. Tapi bersyukur lah pak, kasus ini masih berlanjut sampai pengadilan. Semua karena kebaikan Tuhan. Saya percaya kalau Tuhan mengizinkan, semuanya akan terungkap. Kami sebagai orang tua hanya menjalankan kewajiban kami supaya kasus ini terungkap, selebihnya kami hanya bisa berdoa, semoga Tuhan mempertemukan kami dengan orang-orang baik."

Sesampainya di depan sekolah Gaby, mama turun dari motor. Mama menunggu kedatangan papa Gaby dan ama Gaby, namun mereka tidak kunjung tiba. Mama lalu menunggu sambil berdiri di pinggir kali dekat pintu masuk sekolah. Sekitar 15 menit kemudian mama melihat rombongan Majelis Hakim, Jaksa dan terdakwa tiba di sekolah Gaby. Mama pun ikut masuk mengikuti dari belakang sambil menenteng helm dan tas berisi foto Gaby.


Sekitar 7 menit kemudian, papa Gaby datang bersamaan dengan ama Gaby. Ketika Bapak Hakim membutuhkan meteran untuk mengukur kolam renang, papa Gaby segera mengeluarkan meteran yang dibawanya.

Setelah sidang di TKP selesai dilaksanakan, Hakim Ketua menutup sidang di TKP dengan menjadwalkan sidang berikutnya pada Senin, 2 Oktober 2017 dengan agenda sidang : Rencana Tuntutan JPU.

Berita terkait :
https://metro.tempo.co/read/1019453/hakim-sidang-gaby-tewas-tenggelam-akan-datangi-kolam-renang

https://www.gatra.com/hukum/286575-sidang-gaby-pengakuan-terdakwa-dan-sekolah-berbeda-dengan-fakta-di-tkp

https://metro.tempo.co/read/1019608/terdakwa-sebut-air-kolam-138-sentimeter-orang-tua-gaby-bohong

Monday, September 25, 2017

BABY GABY...PEEK A BOO...



Mama lebih suka melihat foto Bibie semasa hidup, daripada foto Bibie yang terbaring di peti jenazah. Mama paling suka melihat foto bayi Bibie.

Ini foto saat Bibie berusia 1 bulan. Rambutnya habis dibotakin sama papanya. Kata orang tua, rambut bayi saat berusia 1 bulan harus dibotakin supaya nanti rambutnya tumbuh dengan lebat. Karena masih amatir, papa Bie cukur rambut Bibie lama banget sampai berjam-jam. Bibie aja sampai ketiduran dengan pipi nemplok di pundak mama. 

Kenapa Papa Bie turun tangan sendiri cukur rambut Bibie ? Karena kata papa Bie, mencukur rambut bayi memiliki resiko yang tinggi karena bayi cenderung bergerak saat dicukur dan kepalanya masih empuk. Kalau orang tua sendiri yang cukur rambut pastinya akan lebih hati-hati dan lebih aman.

Handuk hijau ini adalah kado dari salah satu temen sekolahnya ama yang datang menjenguk ke rumah kita setelah Bibie lahir. Handuk ini masih sering dipakai sampai Bibie besar dan masih mama simpan sampai saat ini.

Saat misa arwah peringatan 7 hari meninggalnya Bibie, teman-teman sekolah ama ini kembali datang ke rumah. Mereka bercerita bahwa mereka menonton berita di TV ada anak tenggelam di sekolah. Tapi mereka awalnya ngga tahu kalau yang menjadi korban tenggelam adalah cucunya ama ( teman sekolah mereka waktu kecil ). Mereka baru sadar saat membaca nama papa Bie. Ya, nama papa Bie memang unik dan tidak banyak orang yang memiliki nama yang sama seperti dirinya. Hal itu yang membuat teman-teman sekolah ama yakin dan kemudian menelpon ama untuk menanyakan kebenarannya.

Sekarang mama lagi suka mendengar Khotbah Romo dalam misa arwah 2 tahun Bibie kemarin. Khususnya kata-kata Romo "Meskipun saat ini Gaby sudah di surga, dia tetap tahu tentang apa yang kita lakukan di dunia. Kalau kita memberikan perhatian khusus kepadanya dan mendoakannya, Gaby di surga tambah bahagia. Saya sudah menjadi arwah, tapi papa mama di dunia masih ingat sama saya. Gaby tambah bahagia di surga."

Ya, karena kami yakin bahwa Gaby di surga tahu tentang apa yang kami lakukan dan apa yang kami perjuangkan untuk dirinya, maka kami tetap melakukan yang terbaik untuknya, sampai kami bertemu lagi dengannya suatu saat nanti.

Gaby cantik siapa yang punya
Gaby manis siapa yang punya
Gaby imut siapa yang punya
Yang punya mama papa.

Wednesday, September 20, 2017

Misa Arwah 2 Tahun Meninggalnya Gabriella Sheryl Howard



  Senin, 18 September 2017, pukul 20.00WIB

Misa Arwah 2 tahun Meninggalnya Gabriella Sheryl Howard - Homili/ Khotbah Romo



Misa Arwah 2 Tahun Meninggalnya Gabriella Sheryl Howard 

(Full Video)


Saturday, September 16, 2017

SIDANG PEMERIKSAAN TERDAKWA DILANJUTKAN DI KOLAM RENANG TEMPAT GABY TENGGELAM


Kamis, 14 September 2017...

Pemeriksaan terdakwa guru olahraga Gaby hari ini digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat selama satu jam.

Berita terkait :

https://metro.tempo.co/read/909003/sidang-kasus-tenggelamnya-siswi-global-sevilla-periksa-terdakwa

https://www.gatra.com/hukum/284817-sidang-gaby-pengakuan-terdakwa-berbeda-dengan-di-bap 

Di akhir sidang, Hakim Ketua mengatakan "Sidang pemeriksaan terdakwa hari ini sudah cukup diambil keterangannya di pengadilan. Tetapi kami harus melihat langsung lokasi kejadian di kolam renang sekolah. Kami menjadwalkan sidang selanjutnya pada hari Senin, tanggaI 25 September 2017. Bu Jaksa, mohon konfirmasi ke pihak sekolah tempat Gaby tenggelam, bahwa akan ada pemeriksaan. Jadi ini sifatnya persidangan ya. Tapi persidangannya dilakukan di lokasi kejadian perkara. Nanti tanggal 25 September 2017 kita berkumpul dulu di ruang pengadilan. Kita buka sidang disini, lalu kita bersama2 ke lokasi kolam renang sekolah. Kami harus tinjau sampai ke lokasi kolam renang sebab terdakwa juga tidak ada saksi yang meringankan."



Sunday, September 3, 2017

ANDAI KU TAHU, KAPAN TIBA AJALMU...


Aku terduduk di kursi kerjaku. Kursi biru ini telah setia menemaniku selama hampir 7 tahun. Dalam setiap suka dukaku sejak awal merintis usaha kecil-kecilanku, kursi biru ini tidak pernah mengeluh saat ia harus menanggung bobot badanku dari pagi sampai malam. Di atas kursi biru ini, tanpa kusadari aku telah mengukir banyak sekali kenangan hidup, khususnya bersama anak-anakku.

Di atas kursi biru ini dulu aku sering memangku Gaby dan juga dede.
Di atas kursi biru ini aku sering menyuapi mereka makan sambil melayani pembeli.
Di atas kursi biru ini aku sering menemani Gaby membuat PR ( kadang PR Kumon, kadang PR les Mandarin, kadang PR sekolah ). Terkadang Gaby suka protes kalau dia lagi tanggung buat PRnya, tiba-tiba ada tamu datang sehingga mama menyuruhnya menunggu sebentar.

Di samping kursi biru ini Gaby dengan setia menemaniku, bahkan seringkali ia menungguku sampai jam kerjaku selesai.

Tak jarang Gaby tertidur di bangku sebelah kananku saat ia menungguku melayani pembeli yang datang membeli di waktu malam. Ya, jam kerjaku dulu memang sampai jam 8 malam. Aku memang sengaja mengatur jam kerjaku lebih panjang agar dapat menutup biaya sewa ruko yang lumayan tinggi. Namun demikian, aku masih tetap bisa bercengkrama dengan kedua anakku karena kami juga tinggal di ruko tempat usaha kami.

Di kursi biru ini aku sering memanjakan Gaby dan dedenya di sela-sela kesibukanku. Tak jarang pula aku mengecewakan mereka karena kesibukanku yang terkadang menyita konsentrasiku.

 

Tahun demi tahun berlalu, akhirnya kami memutuskan untuk memisahkan antara tempat kerja dengan tempat tinggal, dengan pertimbangan karena anak-anak kami sudah mulai besar dan mereka membutuhkan ruang lingkup bermain yang lebih nyaman. Sejak itu aku mulai membatasi jam kerjaku, dan lebih banyak menyerahkan pekerjaanku kepada staffku. Prinsipku adalah "Kalau anak-anakku pulang sekolah, aku juga harus pulang, karena sekarang tempat kerja sudah tidak gabung lagi dengan tempat usaha. Mereka akan kecewa bila pulang ke rumah ngga ada mamanya ( walaupun Amanya/ neneknya selalu stand by di rumah )."

Baru sekitar 1,5 tahun kami menikmati suasana tempat tinggal yang baru, Gaby mendadak kehilangan nyawanya saat mengikuti pelajaran renang wajib di sekolah karena tenggelam di kolam renang sekolahnya.

Kamis, 17 September 2015, pukul 09.11...

Di atas kursi biru ini, aku sedang googling mencari gambar-gambar untuk tugas Science Gaby tentang food groups yang akan dikumpul minggu depan. Tiba-tiba aku mendengar ponselku berdering.
Di atas kursi biru ini, aku menarik laci meja kerjaku.
Di atas kursi biru ini, aku menerima panggilan telepon masuk dari admin sekolah Gaby, yang menyuruhku bergegas datang ke rumah sakit.

Aku sempat berpikir "Jangan-jangan penipu yang mengaku-ngaku anakku sedang gawat." Ternyata teleponku diangkat oleh resepsionis yang membenarkan bahwa Gaby dilarikan ke rumah sakit. Namun saat aku bertanya "Siapa tadi yang nelpon saya ?" Resepsionis itu berkata "Sy kurang tahu. Mungkin Miss Kris.... kali."

Aku mulai deg-degan dan sedikit lemas. Aku lalu memberitahu papa Gaby via telepon dan papa Gaby menyuruhku langsung ke rumah sakit, nanti dia akan menyusul segera.

Staff ticketing yang duduk di sebelah kiriku ikut tegang menyaksikan keteganganku. Aku pun segera beranjak dari kursi kerjaku menuju rumah sakit.

Aku memang cukup dekat dengan anak-anakku, namun andai aku tahu bahwa salah satu anakku ( Gaby ) secepat itu pergi meninggalkanku untuk selamanya, aku akan memilih untuk menghabiskan seluruh waktuku bersama anak-anakku.

Sayangnya waktu tidak bisa terulang kembali. Hanya kenangan yang akan selalu tersimpan dalam sanubari. Kini waktuku full aku gunakan untuk mendampingi si dede, sambil terus mendoakan Gaby supaya ia selalu bahagia di surga.

Secara iman aku percaya Gaby sudah bahagia di Rumah Bapa, tapi aku tetap mendoakannya karena aku mau Gaby tetap merasakan kasih sayangku. Sejak bayi Gaby paling senang kalau diperhatikan dan disayang-sayang mamanya. Kata-kata terakhirnya "Ma cium dulu" menyiratkan makna bahwa Gaby selalu mau jadi kesayangan mamanya... FOREVER....until we meet again !

Kata-kata "Ma cium dulu" itu pula yang memberi semangat dalam memperjuangkan sebuah kebenaran atas kasus kematiannya. Sesungguhnya kasih sayang sejati bukan diwujudkan dari sebuah ciuman, tapi dibuktikan oleh perbuatan kasih yang nyata. Kasih itu akan selalu bersemayam di dalam hati orang yang memilikinya dan hanya mampu dipahami oleh orang yang mengalaminya secara langsung.