Wednesday, June 28, 2017

“HAPPY BIRTHDAY 10th IN HEAVEN BIBIE..."

Sepuluh tahun yang lalu, mama bersukacita atas kelahiran Bibie. Hari ini pun mama tetap mau bersukacita merayakan hari kelahiran Bibie, karena Bibie adalah anak mama selamanya, baik di dunia maupun di Surga. Kehadiran Bibie sangat berarti dalam hidup mama, walaupun hanya selama 8 tahun.


Karena mama sekarang sudah ngga bisa melihat senyum manis Bibie lagi di hari ulang tahun Bibie, maka mama berharap bisa melihat senyum manis anak-anak kecil di Panti Asuhan yang setiap hari kita lewatin kalau kita berangkat ke sekolah. Bahkan di hari terakhir itu, kita masih melewati Panti Asuhan ini, dimana ketika itu mama sama sekali tidak menyangka bahwa itu adalah perjalanan terakhir kebersamaan kita di dunia dan perjalanan terakhir Bibie ke sekolah.




Saat mama mempersiapkan Goody Bag ultah Gaby, mama ditemani oleh dede. Sambil lihatin mama memasukkan makanan ke dalam plastik, dede bertanya “Ma, anak-anak pantinya tau ngga kalo anak yang mau ulang tahunnya udah di Surga ?” Mama jawab “Belom de. Mama belom bilangin ke mereka.”

Mama jadi teringat, kurang lebih 1,5 tahun yang lalu, mama melakukan ziarah pribadi ke 9 Gua Maria di wilayah Jakarta dan Tangerang. Di setiap Gua Maria yang mama kunjungi, mama berdoa Novena 3 Salam Maria untuk mendoakan ketenangan arwah Gaby, dan untuk meminta doa restu dari Bunda Maria menjelang pembongkaran makam Gaby, yang akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian oleh Pihak Kepolisian bersama Tim Dokter Forensik, guna keperluan otopsi dalam rangka melengkapi berkas perkara atas kasus kematian Gaby di sekolahnya.

Ketika mama sedang berada di salah satu Gua Maria dalam sebuah gereja, tempat dimana dulu mama menerima Sakramen Perkawinan, tiba-tiba datang seorang ibu yang juga hendak berdoa di Gua Maria tersebut. Namun sebelum ia mulai berdoa, Hpnya berbunyi, dan ia mengangkat telepon tersebut. Saat itu mama juga belum mulai berdoa. Mama baru selesai menyalakan lilin dan meletakkan setangkai mawar di dalam pot yang tersedia disana.

Karena jarak duduk ibu tersebut tidak terlalu jauh dari tempat duduk mama, mama pun dapat mendengar obrolan si ibu tersebut dengan orang yang menelponnya. Sepertinya ia menerima telepon dari seorang temannya. Dalam pembicaraannya, kurang lebih ia berkata demikian “Ini saya lagi di Gua Maria nih. Saya mau doain anak saya yang sekarang lagi di interview di Universitas favoritnya di Singapore. Jam-jam segini anak saya disana lagi pas diinterview. Saya bantu doa lah dari sini supaya semuanya berjalan lancar disana.”
Dari situ mama berpikir “DIMANAPUN ANAKNYA BERADA, SEORANG IBU PASTI AKAN SELALU BERUSAHA MENDOAKAN DAN MELAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK ANAK-ANAKNYA.

Si ibu tersebut berada di Gua Maria ini untuk mendoakan kelancaran interview anaknya di salah satu Universitas di Singapore, sedangkan mama berada di Gua Maria ini untuk mendoakan ketenangan arwah anak mama, Gaby, agar Gaby mendapat tempat terbaik di sisiNya, dan kasus kematiannya dapat terungkap sebagaimana mestinya sesuai kebenaran yang ada, dan juga berdoa agar proses otopsi Gaby nanti dibungkus oleh darah Yesus sehingga dapat berjalan dengan lancar. Masalah doa mama nanti akan dikabulkan oleh Tuhan atau tidak, semua tergantung pada kehendak Tuhan. Yang terpenting, mama selalu bahagia apabila bisa memanjatkan doa-doa yang terbaik untuk Gaby dan juga untuk dede.”

Setiap kali orang bertanya “Anaknya berapa ?” Mama selalu menjawab “Dua orang. Tapi yang satu sudah di Surga.” Bahkan tidak jarang mama memperlihatkan foto anak mama yang sudah di surga kepada mereka yang bertanya tersebut, karena foto-foto Gaby tersimpan dengan lengkap di Hp mama.
Ketika kami mengingat, mengenang dan mendoakan Gaby, disitulah kami tetap merasa bahwa Gaby tetap ada bersama-sama dengan kami.

BIBIE…WHEREVER YOU ARE… WE ALWAYS LOVE YOU...

Thanks Ama, tadi subuh sudah masakin bakmi goreng untuk peringatan hari kelahiran Bibie...

( Karena tadi pagi mama belum berhasil terbangin spanduk Birthdaynya Bibie pakai balon gas, spanduknya jadi bisa diajak foto bareng. Ternyata ada hikmahnya juga )

*  *  * 

 MENGENANG KELAHIRAN GABY 10 TAHUN YANG LALU…
( sambil memandang foto Gaby saat bayi yang masih tergantung di dinding kamarnya )


Pengalaman pertama seringkali meninggalkan kesan yang spesial bagi yang mengalaminya , seperti pengalaman pertama kali bersekolah, pertama kali bekerja, dan juga pertama kali memiliki anak. Berikut pengalaman kami atas kelahiran anak pertama kami, GABRIELLA SHERYL HOWARD, yang tidak terlupakan :

Walaupun 10 tahun telah berlalu, dan walaupun 21 ( dua puluh satu ) bulan yang lalu Gaby sudah meninggalkan dunia ini, tapi kenangan bersama Gaby akan selalu melekat di dalam hati kami. Kenangan itu bermula sejak Gaby berupa titik di dalam perut mama, sampai akhirnya Gaby lahir ke dunia ini pada Rabu malam, 27 Juni 2007.

Mama masih ingat kronologi kelahiran Gaby saat itu, siapa saja yang datang ke rumah sakit sebelum mama dioperasi Caesar, bagaimana papa Gaby mendoakan mama dan Gaby sebelum kita didorong masuk ke ruang operasi, sampai kepada obrolan para dokter saat mama dioperasi. Masih terngiang dengan jelas suara tangisan Gaby yang memecah keheningan malam itu. Betapa bahagianya mama saat seorang dokter dalam ruang operasi tersebut memperlihatkan Gaby kepada mama sambil berkata “Anaknya perempuan yah bu.”

Mama juga masih ingat waktu itu kita ( mama dan baby Gaby ) pulang dari rumah sakit pada hari Minggu siang. Gaby pulang ke rumah dengan memakai baju lengan panjang warna pink dan bedongan warna pink, yang sengaja mama siapkan untuk dipakaikan oleh perawat rumah sakit saat Gaby mau dibawa pulang.

Waktu itu AC mobil kita rusak, jadi sampai di rumah Gabynya pipinya merah kayak tomat karena kepanasan di perjalanan. Biar adem, baju baby Gaby diganti dengan yang lengan pendek. Eh, baru sekitar satu jam Gaby pulang ke rumah, mendadak listrik padam, dan baru menyala kembali setelah magrib.

Hari-hari selanjutnya, pada pagi hari mama menjemur baby Gaby dibawah sinar matahari pagi di depan rumah. Supaya tulang Gaby sehat dan kuat, baju Gaby dibuka dan hanya dijemur mengenakan popok. Seringkali mama dipipisin sama Gaby saat sedang dijemur. Sesekali mama membetulkan posisi kain kasa yang menutupi mata Gaby agar tidak silau terkena cahaya matahari. Tali pusar Gaby pun akhirnya copot pada hari Selasa.

Mama berusaha memberikan ASI sebanyak-banyaknya buat Gaby, supaya Gaby tumbuh menjadi sehat dan kuat.

Sejak bayi, Gaby selalu murah senyum. Wajahnya selalu ceria. Apabila menangis, Gaby tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali tersenyum. Dan kini mama berharap, Gaby juga akan selalu tersenyum dalam pangkuan Bapa di Surga...

Monday, June 26, 2017

KARENA KAU SAHABATKU...



Sahabatku,
Ingatkah saat pertama kali kita saling berkenalan ? Saat itu kita masih berumur 6 tahun.

Di hari pertama duduk di kelas 1 SD, di sekolah baru kita, kita memulai lembaran baru hidup kita. Kita meninggalkan kenangan indah kita bersama teman-teman TK kita di sekolah yang lama.

Di kelas kita hanya ada 4 ( empat ) orang anak perempuan, 2 ( dua ) diantaranya sudah bersekolah disana sejak TK, sehingga mereka berdua terlihat begitu akrab. Jadi hanya kita berdua yang merupakan murid perempuan baru di kelas itu.

Saat itu kita masih saling malu-malu...Tapi lama-lama kita menjadi semakin akrab, karena kita sama-sama anak baru.

Di sekolah, seringkali kita berbisik menggunakan Bahasa Indonesia, karena saat itu kita belum lancar berbahasa Inggris.

Kau adalah sahabatku yang paling dekat di sekolah. Kemana-mana kita selalu bersama. Bahkan sampai ke toliet pun kita selalu bersama.

Aku selalu menceritakan tentang persahabatan kita kepada mamaku. Aku juga sering menuliskan namamu di buku harianku, KARENA KAU SAHABATKU...

Kita juga pernah bertengkar seperti layaknya anak-anak kecil lainnya, tapi aku tidak pernah memasukkannya ke dalam hati. Aku tidak mau bertengkar denganmu, KARENA KAU SAHABATKU...

Masihkah kau simpan surat kecil yang pernah kuberikan padamu saat kita masih kelas 1 SD ? Aku memasukkan suratnya ke dalam kertas Angpao yang aku dapatkan di hari imlek. Sebelum aku memberikannya kepadamu, tanpa sengaja mamaku membaca suratnya. Masih ingatkah kau akan isi suratku itu ?
Setiap kali field trip, di dalam bus kita selalu duduk bersebelahan. Kau pun sering melihat aku melambaikan tangan kepada mamaku saat bus kita mau berangkat.

Naik kelas 2 SD, kita tetap satu kelas lagi, karena di sekolah kita tiap angkatan hanya terdiri dari satu kelas.

Saat kelas 2 SD, kita ada acara field trip ke daerah Cibubur. Ingatkah kenangan kita bersama saat field trip di Cibubur ? Saat itu kau sedang menemukan kesulitan, dan aku mengulurkan tanganku untuk menolongmu tanpa segan. Setelah sampai di rumah, aku tidak menceritakannya kepada mamaku. Malah kau yang menceritakannya kepada mamamu dan akhirnya mamaku mengetahuinya dari cerita mamamu.

Di kelas 3 SD, suasana kelas kita mulai berbeda, karena ada 3 ( tiga ) anak perempuan baru yang bergabung di kelas kita. Kalau biasanya kita hanya main berdua, sekarang kita mulai main berlima. Aku senang sekali karena kini aku punya banyak teman. Tapi jangan khawatir kawan, kau tetap sahabat spesialku....

Kamis, 10 September 2015 ( satu minggu sebelum kepergianku ), kita mengikuti pelajaran renang wajib di sekolah seperti minggu sebelumnya ( tapi saat itu kita tidak diambil nilai renang ). Kita melepas seragam batik biru kita dan memakai pakaian renang. Setelah selesai pelajaran renang, kita membersihkan badan, lalu mengenakan lagi seragam batik biru kita.

Siangnya, saat pulang sekolah, mamaku mengatakan bahwa baju seragam yang aku pakai sepertinya bukan milikku. Mamaku hafal sekali dengan ciri-ciri baju seragamku, karena ia sering menolongku untuk memakaikan dan melepaskan baju seragamku. Ternyata aku baru sadar bahwa baju seragamku tertukar dengan bajumu. Mamaku lalu memberitahu mamamu, dan beberapa hari kemudian kita saling menukarkan seragam kita kembali.

Sampai akhirnya kita kembali mengikuti pelajaran renang wajib pada Kamis, 17 September 2015. Aku tidak menyangka bahwa pada hari itu hidupku akan berakhir di kolam renang sekolah kita.

Sahabatku, masih ingatkah kejadian Kamis pagi itu ? Saat itu kita ( para anak perempuan ) sedang berlima menunggu giliran dites renang. Lalu karana akan diambil nilai, kau mau belajar berenang menggunakan board meskipun kau tidak bisa berenang ?

Beberapa bulan yang lalu, akupun sama sepertimu, tidak bisa berenang. Ingatkah saat kita masih kelas 2 SD, kita sama-sama tidak berani masuk kolam kalau pelajaran renang, karena kita tidak bisa berenang, dan kita sama-sama takut tenggelam ? Seandainya kita tahu bahwa kedalaman kolam renangnya 160 cm, kita pasti lebih takut lagi.

Karena kini di sekolah kita pelajaran renang dijadikan pelajaran wajib, maka papa dan mamaku memikirkan keamananku saat renang. Mereka memberiku les renang privat, dan aku kini mulai bisa sedikit gaya katak. Mengapa papa dan mamaku memberi les renang saat kelas 2 SD ? Karena saat kita kelas 1 SD, pelajaran renangnya bukan pelajaran wajib, tidak diambil nilai, dan dijadwalkan hanya sebulan sekali. Namun saat kita kelas 2 SD, kebijakan renang berubah seiring dengan masuknya kepala sekolah SD yang baru. Kini pelajaran renang menjadi pelajaran wajib dan dijadwalkan 4 kali dalam satu bulan ( berselang seling ), dan diambil nilai. Kau tahu sahabat, mamaku bahkan masih menyimpan jadwal renang waktu kita masih kelas 1 SD dulu ( zaman kepala sekolah yang lama ) !


Jadwal Pelajaran Renang Gaby saat Kelas 1 SD ( zaman Kepala Sekolah yang Lama )


Kamis pagi itu, dari kolam renang kau memanggil namaku "Gaby...Gaby..." Aku mendengarnya, dan aku segera datang menghampirimu, KARENA KAU SAHABATKU...

Aku berusaha menolongmu walaupun aku tidak tahu bagaimana cara menolongmu. Hanya kau dan aku yang tahu persis apa yang terjadi saat itu, bagaimana kita berjuang bersama untuk tidak tenggelam. Tidak ada guru yang mengawasi kita. Tidak ada guru yang menolong kita. Hingga akhirnya, aku merasakan air mulai masuk ke lubang hidungku, menerobos sampai ke paru-paruku. Perih….pedih…dan akupun pasrah hingga aku tidak mampu bernafas lagi...Hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku telah meninggal dunia...

Aku tidak dapat lagi bertemu mamaku…papaku…adikku…dan amaku di rumah…Aku tidak bisa pulang lagi ke rumah…

Aku sedih…Aku menangis…Tapi tidak ada satu orang pun yang mendengar tangisanku…

Hingga akhirnya aku melihat sebuah cahaya yang memancarkan kehangatan. Cahaya itu membuatku tenang. Aku tidak merasa sendirian lagi. Perlahan-lahan aku melihat sosok yang tidak asing lagi bagiku, Dia Juru Selamatku, Tuhan Yesusku. Dia memelukku dan menyeka air mataku. Dia membawaku masuk ke suatu tempat yang indah.

Disini, aku tidak merasa kesepian lagi. Ada banyak teman yang mau main bersamaku. Disini, aku juga tidak pernah merasa kehilangan mamaku…papaku…adikku…dan amaku…karena mereka selalu mengirimkan doa-doa terbaik mereka untukku.

Aku berharap suatu saat nanti, aku dapat berkumpul kembali dengan mereka disini, di rumah Bapa. Dan aku juga berharap, suatu saat nanti aku dapat bertemu kembali denganmu, KARENA KAU SAHABATKU…


Monday, June 19, 2017

"MA, BIBIE JUGA MAU KOMUNI PERTAMA"

Minggu, 18 Juni 2017 sebenarnya adalah hari yang dinanti-nantikan Gaby sejak ia duduk di kelas 1 SD, yaitu hari dimana anak-anak Katholik seusia Gaby ( yang saat ini berusia 10 tahun / kelas 4 SD ) menerima Komuni Pertama. Seandainya Gaby masih ada di dunia ini, hari ini pasti akan menjadi hari yang membahagiakan baginya.

Selama ini Gaby selalu menunggu saat dimana ia akan menerima Komuni Pertama. Pada zaman mama dulu, Komuni Pertama diberikan saat kelas 3 SD. Kalau sekarang Komuni Pertama diberikan saat kelas 4 SD.
Pada suatu Misa Komuni Pertama beberapa tahun yang lalu, Gaby pernah mengatakan "Ma aku juga mau dong kayak gitu. Kapan ya ma giliran aku ?" Mama menjawab "Sabar Bie. Kalo mama dulu kelas 3 SD Komuni Pertamanya. Kalo sekarang kayaknya sudah diubah peraturannya jadi kelas 4 SD baru bisa ikut Komuni Pertama. Nanti Bibie mama beliin dress putih yang bagus biar kayak princess ya kalo nanti Bibie Komuni Pertama."

Namun kenyataan berkata lain, Gaby tewas tenggelam di kolam renang sekolahnya saat ia belum genap 2 (dua) bulan duduk di kelas 3 SD.

"Bibie, sekarang Bibie sudah ngga perlu ikut Komuni Pertama lagi, sebab Bibie sudah bertemu langsung dengan Tuhan Yesus. Karena Komuni Pertama tujuannya untuk menerima Tuhan Yesus masuk ke dalam hati kita, sedangkan Bibie sekarang sudah melihat Tuhan Yesus secara langsung, bahkan sudah tinggal bersama Tuhan Yesus. Berbahagialah menjadi anak Tuhan Yesus di Surga, Bibie. See you again in Heaven."

Artikel terkait :
http://gabriellasheryl.blogspot.co.id/2016/09/terseret-suasana-setahun-yang-lalu-saat.html?m=1


Thursday, June 8, 2017

KETERANGAN DOKTER FORENSIK : PENYEBAB KEMATIAN GABY KARENA TENGGELAM


Rabu, 7 Juni 2017, sidang ke-9 kasus kematian Gaby di sekolahnya kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, setelah sebelumnya beberapa kali sidangnya tertunda.

Dalam sidang kali ini, Jaksa Penuntut Umum menghadirkan seorang saksi, yaitu Dokter Forensik yang melakukan otopsi terhadap jenazah Gaby.

Dalam keterangannya, Dokter Forensik tersebut mengatakan bahwa penyebab meninggalnya Gaby karena tenggelam. Hal ini dibuktikan dari ditemukannya diatom / ganggang bersel satu pada paru-paru Gaby. Pada setiap jenazah orang yang meninggal karena tenggelam, pada paru-parunya akan ditemukan ganggang bersel satu/ diatom. Diatom itu terkandung di dalam air kolam dan masuk ke paru-paru bersama air kolam yang tertelan / terhisap.

Selain itu, Dokter Forensik juga mengatakan bahwa ia melihat paru-paru dan jantung pada jenazah Gaby mengalami pelebaran karena adanya oksigen yang terbendung di dalamnya akibat tenggelam.

Menurut Dokter Forensik, saat diotopsi jenazah Gaby telah mengalami proses pembusukan lanjut.

Mama kembali teringat dengan proses otopsi Gaby pada Kamis, 14 April 2016. Saat itu mama melihat jenazah Gaby yang hampir selesai diotopsi, melalui celah tenda yang transparan. Saat itu mama melihat kulit tubuh Gaby masih kuning langsat, badan Gaby masih montok, rambut Gaby masih hitam lebat, bahkan kedua tangan Gaby bisa dibuat menjadi posisi lurus disamping badan ( saat di peti jenazah tangannya ditekuk pada bagian perut ). Polisi yang menyaksikan proses otopsi dari jarak dekat juga mengatakan kepada kami bahwa jenazah Gaby masih terlihat baik kondisinya, juga organ-organ dalamnya. Begitulah kami para awam ( bukan orang medis ), melihat kondisi jenazah Gaby dari kacamata awam.

Oleh karenanya, saat mama menjadi saksi di pengadilan ( setelah sebelumnya disumpah ), mama memberikan keterangan sesuai dengan apa yang mama lihat dan mama tahu, termasuk mengatakan bahwa mama melihat jenazah Gaby masih terlihat baik/utuh saat diotopsi.

Namun demikian, yang terpenting bagi kami adalah hasil otopsinya, sehingga kasus kematian Gaby di sekolahnya dapat terungkap dengan jelas dan penyebab kematiannya menjadi terang benderang.

Semoga hasil otopsi Gaby dapat menjadi salah satu bukti untuk mengungkap kasus kematiannya di sekolah.

Dahulu, para penegak hukum mengatakan bahwa proses otopsi hukumnya wajib. Tanpa diotopsi, sebuah kasus kematian tidak bisa naik ke pengadilan.

Kami telah merelakan jenazah anak kami diotopsi/ dibelah-belah, dan proses selanjutnya kami serahkan pada Kuasa Tuhan, melalui tangan-tangan para penegak hukum.

Kami percaya bahwa berharap kepadaNya tidak pernah mengecewakan, sebab Ia mengasihi kami lebih dari yang kami ketahui tentang bagaimana caranya mengasihi.

Di akhir sidang, Hakim Ketua meminta Jaksa Penuntut Umum untuk membacakan resume hasil otopsi Gaby, antara lain sebagai berikut :

- Jenazah memakai perhiasan berupa jam tangan Hello Kitty dan Rosario pada tangannya
- Jenazah memakai baju rok berwarna pink, sepasang sarung tangan putih, sepasang kaus kaki putih, dan sepasang sepatu
- Disamping jenazah terdapat boneka Teddy Bear berwarna coklat
- Jenazah bergizi baik
- Bulu mata lentik
- Hidung dan cuping telinga presisi
- Mulut terbuka selebar 5 mm, lidah tidak terjulur
- Gigi tidak ada kelainan
- Tidak didapatkan perlukaan dan tidak didapatkan patah tulang
- Jaringan lemak bawah kulit berwarna merah. Otot-otot berwarna merah kecoklatan
- Kerongkongan kosong
- Jantung berwarna coklat keabu-abuan, perabaan kenyal
- Pembuluh nadi jantung tidak terdapat penyumbatan
- Hati berwarna coklat pucat dan menciut

KESIMPULAN :
Telah dilakukan pemeriksaan jenazah pada seorang perempuan yang berusia sembilan tahun. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan metode destruksi asam didapatkan hasil diatom/ ganggang bersel satu positif. SEBAB MATI ORANG INI AKIBAT TENGGELAM.

Dalam sidang hari ini, JPU juga membacakan surat dari orang tua salah satu teman Gaby, yang melalui suratnya ia menyatakan keberatan apabila anaknya diminta hadir di pengadilan sebagai saksi.

Sidang selanjutnya dijadwalkan pada bulan depan, yaitu pada Rabu, 5 Juli 2017. Semoga sidang selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Amin.

Berita terkait :
https://www.gatra.com/hukum/267477-dokter-forensik-penyebab-kematian-gaby-karena-tenggelam

KALAU TUHAN MENGIZINKAN...



Mama sehari-hari jarang pakai kemeja ( lebih banyak pakai kaos ). Tapi jauh sebelum kasus Gaby disidangkan ( saat berkas perkaranya masih terkatung-katung statusnya selama 1,5 tahun dan tidak kunjung dinyatakan lengkap ), mama telah membeli beberapa kemeja, agar apabila kasus Gaby benar-benar disidangkan, mama dapat memakainya di persidangan Gaby ( sebab di pengadilan ngga boleh pakai kaos ).

Dan kini, kemeja-kemeja itu berhasil mama pakai setiap kali menghadiri persidangan Gaby.
Hari ini, Sidang ke 9 kasus kematian Gaby kembali diundur menjadi Rabu, 7 Juni 2017.

Mama tidak tahu berapa banyak lagi sidang yang akan digelar selanjutnya, dan berapa lama lagi sidangnya akan selesai. Mama juga tidak tahu berapa lama lagi Majelis Hakim akan membacakan Vonis Akhir atas kasus kematian Gaby ini.

Mama tidak berani berharap sidangnya akan bisa selesai sebelum hari peringatan 2 tahun meninggalnya Gaby ( yaitu pada 17 Septemeber 2017 mendatang ).

Meskipun demikian, mama telah menyiapkan kaos bergambar wajah Gaby yang rencananya akan papa-mama pakai saat Sidang Putusan Akhir nanti.

Mama selalu percaya bahwa : "Apabila Tuhan mengizinkan, semuanya akan terlaksana dan segala sesuatu akan menjadi indah pada waktuNya. Amin."