Thursday, November 2, 2017

Ketika Mama Memandang Foto Gaby di Depan Altar


Hari ini seluruh umat Katholik merayakan Misa Arwah Semua Orang Beriman. Misa arwah ini adalah yang ke-3 kalinya bagi Gaby, dan kali ini Misa arwah di gereja Paroki kami memiliki nuansa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Dalam Misa Arwah tahun-tahun sebelumnya, foto arwah yang ingin didoakan dibawa oleh masing-masing umat, dan umat diminta mengangkat foto arwah tersebut saat Romo berkeliling untuk memberikan berkat kepada para arwah dengan memercikkan air suci. 

Namun dalam Misa Arwah kali ini, foto-foto arwah dan nama-nama arwah yang hendak didoakan dikumpulkan terlebih dahulu ke Sekretariat Paroki paling lambat tanggal 31 Oktober 2017. Foto-foto tersebut kemudian disusun oleh Sie Liturgi di depan Altar sebelum Misa Arwah dimulai. Sedangkan nama-nama arwah yang telah diserahkan ke Sekretariat akan dibacakan satu per satu 30 menit sebelum Misa dimulai.


Hari ini mama sengaja datang lebih awal ke gereja supaya mama bisa mendapat tempat duduk yang agak depan. Sambil menunggu nama-nama arwah dibacakan, mama memandang foto Gaby diantara foto para arwah orang beriman lainnya yang telah diletakkan di depan Altar. Pikiran mama pun melayang ke suasana 2 tahun silam, saat Misa kedua pada hari Minggu, 13 September 2015 ( 4 hari sebelum Gaby tenggelam di sekolah ).

Ketika itu, Misa Minggu Pagi hampir selesai. Seperti biasa, sebelum Romo memberikan berkat penutup, anak-anak sekolah minggu berbaris menuju Altar untuk diberkati Romo satu per satu, kemudian mereka berdiri di depan Altar untuk menyanyikan lagu rohani anak-anak yang telah diajarkan oleh kakak Bina Imannya. Setelah itu mereka akan melakukan tepuk yel-yel tentang Yesus.
Hari itu Gaby dan dede juga ada diantara anak-anak sekolah minggu tersebut.

Tidak disangka, 4 hari kemudian Gaby kehilangan nyawanya

Romo yang ketika itu memberikan berkatnya dengan membuat tanda salib di dahi Gaby, 6 hari kemudian memimpin Misa Tutup Peti Gaby di Rumah Duka pada hari Sabtu, 19 September 2015.
Kini mama ngga bisa melihat Gaby bernyanyi lagi di depan Altar ini bersama anak-anak sekolah minggu lainnya, tapi mama masih bisa melihat foto Gaby terpasang di depan Altar ini, bersama dengan foto-foto arwah orang beriman lainnya.

Inilah misteri kehidupan. Suatu saat nanti, mama pun akan menjadi serupa dengan Bibie, yaitu menjadi arwah. Mama ngga tahu berapa lama lagi hal itu akan terjadi. Namun kepergian Bibie yang begitu mendadak, dalam keadaaan sehat walafiat dan dalam usia yang masih kecil, memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi mama bahwa maut bisa datang kapan saja, dimana saja, dalam usia berapa saja, dan dengan cara bagaimana saja.

Mama percaya bahwa saat ini Bibie sudah berbahagia dalam pangkuan Bapa di Surga. Oleh karena itu mama tidak pernah berhenti mendoakan Bibie, karena bagi mama, Bibie kini hanyalah sejauh doa.

No comments:

Post a Comment