Tadi sore saya ke mall untuk mencari kado ultah buat si dede.
Supaya surprise, saya hunting kado seorang diri. Seperti biasa saya
parkir di besment. Setelah itu saya beranjak masuk ke dalam mall melalui
pintu masuk terdekat.
Karena saya sudah sangat hafal dengan tata
letak mall disana, saya tidak melihat lagi zona petunjuk di parkiran.
Biasanya saya berpatokan pada pintu masuk terdekat tempat dimana saya
memarkir kendaraan saya.
Ketika saya beranjak masuk ke dalam mall, hp saya berdering. Sambil mengangkat hp, saya berjalan menuju ke bagian dalam mall.
Belum selesai saya berbicara via telepon, mata saya tanpa sengaja
tertuju pada sebuah stand pameran pendidikan. Stand tersebut tidak asing
lagi bagi saya. Itu adalah stand sekolah Gaby.
Tanpa terasa,
hampir satu tahun sudah kejadian tenggelamnya Gaby di kolam renang
sekolah itu berlalu, dengan proses hukumnya yang hingga kini masih belum
jelas.
Tanpa sadar pikiran saya pun melayang kepada kejadian
hampir setahun yang lalu. Kejadian itu masih melekat dengan jelas dalam
hati dan pikiran saya hingga saat ini. Kejadian itu masih terasa seperti
kemarin bagi saya.
Setelah Gaby dipindahkan ke kamar jenazah, saya
meminta izin kepada papa Gaby untuk pergi mencari baju Gaby yang akan
dipakaikan di peti jenazah. Saat itu papa Gaby duduk di kamar jenazah
menemani Gaby sambil mengabarkan berita duka atas kepergian Gaby kepada
keluarga besarnya.
Sekitar pukul 10.30, saya ditemani seorang
mommy dari teman sekelas dedenya Gaby ( yang datang ke emergency room
sesaat setelah saya mengabarkan bahwa Gaby telah meninggal dunia ),
mencari baju untuk Gaby di mall terdekat.
Saya
berusaha mencari dress warna putih untuk Gaby, karena saya pernah
berjanji kepada Gaby bahwa saya akan membelikan Gaby dress putih yang
cantik bila nanti Gaby menerima Komuni Pertama di kelas 4 SD nanti,
supaya Gaby terlihat seperti Princess.
Setelah berputar-putar di
Keris Gallery, tepatnya di bagian pakaian anak perempuan, akhirnya saya
menemukan dress putih yang bagus. Namun ukuran dress tersebut agak
gambling antara muat dan tidak di badan Gaby, sebab nomor terbesar dress
tersebut terlihat agak sempit untuk Gaby.
Mata saya pun tertuju
pada dress pink cantik yang tergantung di sekitar sana. Ukuran dress
pink itu lebih cocok dengan Gaby daripada dress yang berwarna putih
tadi. Warna pink juga merupakan warna kesukaan Gaby. Namun karena saya
ingin merealisasikan janji saya kepada Gaby tentang dress putih untuk
Komuni Pertama, jadi saya putuskan untuk membeli dress yang berwarna
putih.
Tapi sebelum membeli, saya bertanya terlebih dahulu kepada
pramuniaganya "Mba, apa dressnya bisa ditukar kalau kekecilan ?" Karena
pramuniaganya mengiakan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, saya
pun membelinya tanpa ragu-ragu.
Setelah itu saya mencari sepatu
untuk Gaby sesuai warna kesukaan Gaby, yaitu warna pink. Tanpa memakan
waktu lama, sepatu yang dicari pun ketemu.
Kami lalu bergegas kembali menuju kamar jenazah tempat Gaby terbaring.
Saat tiba di kamar jenazah, situasi disana telah ramai. Saya melihat
dede sedang menangis berlinang air mata di dekat jenazah Cie-cie Gaby.
Ama Gaby, popo Gaby, paman dan tante Gaby pun telah berada disana.
Saya memperlihatkan dress putih yang baru saya beli kepada ama Gaby.
Ama bilang "Kekecilan nih. Mana muat." Saya jawab "Tadi ada yang lebih
gede, tapi warnanya pink. Apa tuker yang warna pink aja ya ?" Ama Gaby
menyahut "Tuker aja dah. Mendingan yang gede sekalian, daripada ngga
muat. Ntar repot lho kalo ngga muat. Mumpung masih disini ayo kita tuker
sekarang." Akhirnya kami bertiga ( ama, dede, dan saya ) berjalan kaki
ke mall untuk menukar dressnya.
Dengan pertimbangan dress pink
lebih besar daripada dress putih, dan Gaby pun suka dengan warna pink,
akhirnya kami pun menukarnya dengan dibantu pramuniaga disana ( sesuai
syarat dan ketentuan yang berlaku ).
Setelah itu kami menuju
lantai dasar mall untuk bergegas kembali menuju kamar jenazah rumah
sakit tempat dimana Gaby terbaring.
Di lantai dasar mall, secara
kebetulan kami melewati sebuah toko baju. Saya sadar bahwa saya dan
papa Gaby belum memiliki kaos putih polos untuk dipakai di rumah duka.
Saya pun kemudian membeli kaos putih untuk kami berdua.
Ketika
hendak keluar dari toko tersebut, hati saya kembali berkecamuk. Mengapa ?
Karena di dekat toko baju tersebut berdiri stand pameran
sekolahnya Gaby.
Kejadian ini sudah terjadi setahun yang lalu, tapi detail kejadian dan
suasana hati saya di hari itu akan selalu membekas di hati saya. Saya
perhatikan, pameran pendidikan di mall seringkali diselenggarakan setiap
bulan September, setiap tahunnya.
Tadi sore saya hunting kado
buat si dede di Keris Gallery. Kembali tanpa sengaja saya melihat dress
pink yang dulu pernah saya beli untuk Gaby. Hanya saja sekarang motif
brukatnya sedikit berbeda dan ukurannya tidak ada yang sebesar ukuran
badan Gaby.
Suasana di mall hari ini seolah-olah menyeret saya untuk kembali ke peristiwa satu tahun yang lalu.
Setelah saya selesai mendapatkan barang yang saya cari, saya pun
bergegas untuk pulang. Namun pikiran saya seperti heng dan ngeblank.
Saya lupa dimana tadi saya memarkir kendaraan saya. Saya ingat pintu
gate masuknya, tapi saya tidak ingat sama sekali patokan zona parkirnya.
Biasanya ngga pernah saya pikun seperti itu. Rasanya seperti
korslet nih otak. Setelah beberapa kali berputar-putar di zona-zona
parkir sekitar pintu masuk, untung akhirnya ketemu juga kendaraan saya.
Tadi hampir saja saya hendak meminta bantuan security yang suka
keliling bersepeda di area parkiran, namun tidak jadi karena Tuhan sudah
membantu saya menemukan kendaraan saya.
Dalam menghadapi
persoalan-persoalan kecil Tuhan selalu membantu saya. Itulah yang
meyakinkan saya bahwa Dia pun pasti akan menolong saya dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang besar. Amin.