Thursday, August 31, 2017

DIBALIK PROSES HUKUM KASUS KEMATIAN GABY


Beberapa minggu lagi adalah peringatan 2 (dua) tahun meninggalnya Gaby. Hampir dua tahun sudah papa dan mama mengawal kasus Gaby.

Sejak kasus Gaby masuk pengadilan, kami selalu hadir dalam sidang yang digelar. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, tak jarang kami terduduk di kursi tunggu pengadilan untuk menunggu perkembangan proses peradilan kasus kematian anak kami.

Kalau papa dan mama ditanya "Apakah papa Gaby ngga ada kerjaan ? Kok tiap minggu kerjanya nongkrong aja di pengadilan ?" Sesungguhnya pekerjaan papa Gaby cukup banyak. Beban ekonomi keluarga kami pun seluruhnya ada di pundak papanya Gaby. Namun setiap kali mama berkata "Kalau lagi sibuk biar eike sendiri saja yang pergi ke pengadilan." Papa Gaby selalu menjawab "Ngga ah. Aku juga mau datang ke pengadilan." Walhasil, mama tidak pernah hadir di pengadilan tanpa didampingi papa Gaby.

Sesungguhnya yang wajib hadir di pengadilan adalah terdakwanya, sedangkan orang tua korban tidak wajib hadir. Namun demikian kami akan tetap hadir meluangkan waktu kami untuk mengawal kasus Gaby mulai dari awal sampai akhir.

Kalau ada yang bertanya "Bagaimana menghadapi sidang kasus Gaby yang sering ditunda ?" Jawabannya "Kami akan tetap positif thinking, kami akan tetap menjalaninya dengan sabar sambil senantiasa menggantungkan harapan kami kepada Tuhan Yang Maha Kuasa."

Berita terkait :
https://www.gatra.com/hukum/281640-pn-jakarta-barat-tidak-serius-sidangkan-kasus-kematian-gaby



Monday, August 21, 2017

LAMPION TAHUN BARU KAMI...


Tanggal 31 Desember 2013, kami sekeluarga berencana melewatkan malam tahun baru di puncak secara sederhana. Itu merupakan rencana mendadak kami. Kami berangkat sekitar jam 3 sore, dan saat memasuki kawasan puncak, jalanan mulai macet. Kami pun lalu beristirahat di sebuah hotel dan malam harinya kami ikut compulsory dinner disana.

Acara compulsory dinner berakhir tengah malam, yaitu sesaat setelah detik-detik pergantian tahun berlalu. Sebelum kembali ke kamar masing-masing, para tamu hotel ( tiap kamar ) dibagikan kertas kecil untuk menuliskan harapan/ make a wish untuk tahun 2014 mendatang dan sebuah lampion untuk diterbangkan.
Saat itu mama menuliskan permohonan singkat, yang intinya kurang lebih sebagai berikut : "Semoga kami sekeluarga bahagia selalu dan senantiasa diberkati oleh Tuhan."

Setelah itu, di balkon depan kamar hotel, kami bersama-sama mulai membuka plastik pembungkus lampionnya dan menggantung kertas permohonan kami ke lampion, bersiap untuk segera menerbangkan lampion itu. Karena papa Gaby tidak merokok, saat itu kami tidak membawa korek api. Akhirnya kami meminjam korek gas dari penghuni kamar sebelah yang juga sedang menerbangkan lampion.

Akhirnya lampion kami pun berhasil diterbangkan bersama dengan puluhan lampion penghuni kamar hotel lainnya. Kami dengan gembira bertepuk tangan sambil terus memandang lampion kami yang naik perlahan-lahan sampai menghilang di ketinggian langit malam itu.

Seperti layaknya anak kecil pada umumnya, Gaby antusias sekali dalam menerbangkan lampionnya, sedangkan dede saat itu sudah mulai mengantuk. Saat itu mama berkata sambil menunjuk ke arah lampion kami "Bibie, dede, lihat tuh. Lampion kita yang terbangnya paling tinggi. Yeeee." Lalu Gaby berkata "Ia, yang punya kita terbangnya tinggi banget. Wah, itu ada lampion orang yang jatuh ma."

Mama jawab "Wah ia Bie. Untung Iampion kita terbang tinggi yah Bie. Udah mulai ngga keliatan lagi nih sekarang. Tuh udah berupa titik. Kecil banget karena tinggi banget. Semoga permohonan kita terbang tinggi sampai kepada Tuhan dan permohonan kita dikabulin sama Tuhan ya Bie. Untung hujannya berenti. Kalau masih hujan, kita ngga bisa terbangin lampionnya."

Dinginnya malam tahun baru saat itu disertai beceknya jalan akibat hujan deras sebelumnya, membuat kami dan para penghuni kamar lainnya segera masuk ke kamar setelah acara penerbangan lampion selesai.
Keesokan harinya, setelah selesai breakfast, Gaby melihat ada beberapa orang yang naik kuda berkeliling halaman hotel ditemani oleh petugas penjaga kudanya. Gaby lalu berkata "Gaby juga mau naik kuda." Akhirnya Gaby naik kuda ditemani petugas penjaga kudanya dan kami mengawasinya sampai satu putaran selesai.

*Hingga kini, mama masih ingat dengan jelas betapa lampion kita terbang tinggi. Lampion lain kebanyakan apinya padam pada ketinggian tertentu dan jatuh ke tanah, tapi lampion kita apinya tetap menyala dan terus naik ke atas. Mama percaya Tuhan mendengarkan permohonan kita dan rancanganNya akan selalu indah pada waktuNya. Saat ini Bibie terpisah dari kami hanya sementara. Suatu saat nanti karena belas kasihNya, kami akan berkumpul kembali dengan Gaby dalam kehidupan kekal di rumah Bapa. Kami akan senantiasa berjuang dalam doa dan harapan yang tidak putus-putusnya, sambil terus mengimani bahwa "GOD IS GOOD ALL THE TIME."

WALAU HANYA SEBUAH BAYANGAN...


Setiap kali mama cium dede, mama membayangkan lagi cium Gaby juga.
Setiap kali mama peluk dede, mama membayangkan lagi peluk Gaby juga.
Setiap kali mama mendoakan dede, mama mendoakan Gaby juga.
Setiap kali mama memfoto dede, mama membayangkan lagi memfoto Gaby juga.
Setiap kali mama melihat keceriaan dede dalam pelukan mama, mama berharap Gaby juga berbahagia dalam pelukan Bunda Maria dan Bapa di Surga.
Setiap kali mama nonton di bioskop sama dede, mama selalu menoleh ke bangku sebelah mama yang satunya lagi, karena biasanya kalau kita nonton bertiga, mama selalu duduk di tengah, sedangkan Gaby dan dede duduk di kanan kiri mama.
Setiap kali mama bilang "Mama sayang dede", mama juga akan bilang "Mama juga sayang Cie-cie Gaby."


Walaupun cie-cie Gaby sudah beralih dari dunia ini, mama ngga akan menghilangkan posisi cie-cie Gaby sebagai anak pertama mama. Bayangan Gaby akan mama peluk selamanya, sampai mama sendiri menjadi sebuah bayangan.

Saat hal itu terjadi, biarlah orang-orang yang masih berziarah di dunia ini membayangkan kita berdua saling berpelukan di Rumah Bapa. Amin.