Minggu sore, 20 September 2015, setelah
penguburan Gaby selesai dilaksanakan dengan khidmat dan lancar, kami kembali ke
rumah dengan membawa sejuta kesedihan. Sangat tidak enak rasanya menjalani
hidup ini tanpa ada lagi kehadiran anak yang kita sayangi.
Kalau harta benda lenyap pelan-pelan bisa kita
kumpulkan kembali. Tapi kalau nyawa anak hilang, sama saja masa depan orang tua
ikut sirna. Apalagi kalau yang meninggal itu adalah anak tunggal, sakitnya
pasti sangat luar biasa. Nyawa anak itu lebih berharga dari apapun juga. Bahkan
bagi para orang tua, nyawa anak lebih berharga daripada nyawanya sendiri.
Ya, bagi para orang tua yang pernah punya
pengalaman ditinggal pergi anak selamanya, mungkin akan merasakan hal yang sama
dan akan sama-sama berpikir “Kalau bisa saya saja yang mati, jangan anak saya.
Kalau nyawa bisa ditukar, saya rela memberikan nyawa saya agar anak saya bisa
hidup kembali. Anak saya masa depannya masih panjang, masih memiliki semangat
hidup yang besar dan baru merasakan hidup di dunia ini beberapa tahun saja.
Biar saya saja yang mati daripada anak saya.”
Tidak jarang kematian anak diikuti dengan
shock berkepanjangan dari para orang tuanya, khusunya para ibu. Ada beberapa
teman menceritakan seorang ibu yang anaknya meninggal dunia beberapa tahun yang
lalu, hingga saat ini masih membutuhkan psikiater untuk membantunya menenangkan
kejiwaannya. Ketegaran hati masing-masing orang memang berbeda-beda. Ada yang
kuat menerima kenyataan pahit, namun ada juga yang rapuh, bahkan ada yang
sampai mengalami masalah kejiwaan.
Bila saya melihat kenyataan pahit ini menimpa
orang lain, atau saya sekedar membayangkan kenyataan pahit ini akan menimpa
saya, jawabannya adalah “Saya tidak sanggup. Saya tidak tahu bagaimana lagi
cara menjalani hidup selanjutnya tanpa kehadiran anak saya.”
Tapi ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya.
Ditengah kedukaan saya yang mendalam, Ia hadir dan selalu memberi kekuatan
kepada saya. Saya juga heran betapa hebatnya Tuhan menenangkan hati saya.
Bahkan sebagian orang ikut merasa heran melihat saya kelihatan begitu tenang
menghadapi kenyataan ini. Jangankan orang lain, saya sendiri pun heran.
Saya patut bersyukur atas kebaikan dan
penyertaan Tuhan dalam hidup saya, disaat hidup saya sangat terguncang.
Ternyata dibalik kedukaan ini, Tuhan memberikan solusi kepada saya untuk mampu
menghadapinya. Secara manusiawi kenyataan ini sangat sakit dan hati ini,
seperti disayat-sayat ketika menyadari Gaby anak saya meninggal dunia. Tapi
secara rohani saya merasakan kehadiran Tuhan sungguh nyata dan benar-benar
realistis. Tanpa pertolongan Tuhan, mungkin saat ini saya tidak tahu nasibnya
akan seperti apa.
Di samping kami berusaha mengatasi rasa kehilangan yang besar atas kepergian Gaby, kami juga harus berpikir langkah apa yang akan kami ambil selanjutnya.
Di samping kami berusaha mengatasi rasa kehilangan yang besar atas kepergian Gaby, kami juga harus berpikir langkah apa yang akan kami ambil selanjutnya.
Bagaimana dengan kronologi kematian Gaby yang
menurut pihak rumah sakit dan kepolisian adalah “Kematian yang tidak wajar” ?
Bagaimana saya menyelesaikan masalah ini ?
Langkah apa yang harus saya ambil selanjutnya
untuk proses hukum Gaby ?
Tiga pertanyaan itu baru terlintas setelah
proses pemakaman telah selesai. Sebelumnya saya sama sekali tidak mau
memikirkan itu. Saya cuma berpikir “Yang Gaby butuhkan saat ini adalah doa.
Saya harus doa sebanyak-banyaknya, memohon kepada Tuhan agar jiwa Gaby
diperkenankan masuk dalam KerahimanNya. Kalau bukan saya, mamanya, siapa lagi ?
Maka yang ada di pikiran saya sejak Gaby dinyatakan meninggal sampai proses
penguburan selesai adalah doa, doa, dan doa. Saya mau mengantar Gaby ke pintu
gerbang Surga lewat doa-doa saya. Saya sayang Gaby. Saya mau Gaby masuk Surga.”
Dan untuk mendapatkan jawaban yang tepat,
tentunya saya mencarinya lewat doa. Tiada hari saya lalui tanpa doa dan memohon
petunjuk Tuhan. Saya berdoa di ruang doa. Keberadaan ruang doa itu adalah
pelaksanaan dari cita-cita saya waktu kecil, dimana saat doa lingkungan saya
menemukan sebuah rumah yang dilengkapi dengan Ruang Doa. Saat itu saya tanamkan
dalam hati saya, nanti kalau sudah besar saya juga mau punya Ruang Doa. Sebab
selama ini kalau berdoa suka ngga nyaman, sebentar di kamar, sebentar di ruang
tamu ( yang penting tidak ada orang yang melihat, sebab saya tidak akan bisa
konsentrasi kalau saya berdoa sambil dilihatin orang, atau sambil ada orang di sekitar
saya ).
Teringat dulu saat ruang doa itu dipersiapkan,
saya berkata dalam hati “Ya Tuhan, semoga Ruang Doa ini tidak menjadi sia-sia.
Semoga Ruang Doa ini benar-benar hidup ( sering digunakan ). Semoga saya
benar-benar bisa rajin berdoa supaya bisa semakin dekat denganMu ( Kebiasaan berdoa
itu bagi saya seperti suatu magnet. Bila saya tidak terbiasa berdoa lama
kelamaan saya malah akan menjadi malas berdoa dan makin jauh dari Tuhan. Tapi
kalau sudah sekali berdoa secara khusuk, besok-besok akan ketagihan untuk terus
berdoa, sebab doa yang kushuk akan membuat hati saya tenang dan saya merasa
sangat dekat dengan Tuhan ).
Saya percaya Tuhan dengar doa saya. Bahkan saya
yakin isi hati saya sekalipun Tuhan sangat paham. Saya pasrahkan semuanya
kepada Tuhan. Saya tidak tahu harus berbuat apa, yang pasti saya mohon Tuhan
memimpin langkah saya selanjutnya sesuai kehendakNya. Jadi proses hukum atas tenggelanya Gabriella, yang
telah berjalan hingga saat ini, semuanya atas penyertaan Tuhan.
JANJIMU S'PERTI FAJAR
Ketika ku hadapi kehidupan ini
Jalan mana yang harus ku pilih
Ku tahu ku tak mampu...
Ku tahu ku tak sanggup...
Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku
Akupun tahu, ku tak pernah sendiri
S'bab Engkau Allah yang menggendongku
TanganMu membelaiku...
CintaMu memuaskan ku...
Kau mengangkat ku
Ketempat yang tinggi....
Reff :
JanjiMu sperti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
CintaMu sperti sungai yang mengalir
Dan ku tahu betapa dalam kasihMu
Jalan mana yang harus ku pilih
Ku tahu ku tak mampu...
Ku tahu ku tak sanggup...
Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku
Akupun tahu, ku tak pernah sendiri
S'bab Engkau Allah yang menggendongku
TanganMu membelaiku...
CintaMu memuaskan ku...
Kau mengangkat ku
Ketempat yang tinggi....
Reff :
JanjiMu sperti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
CintaMu sperti sungai yang mengalir
Dan ku tahu betapa dalam kasihMu
Tuhan adalah hakim yang Maha Adil. Ia dapat
melihat isi hati semua manusia dan Maha mengetahui kebenaran yang sesungguhnya,
karena Dialah yang berkuasa atas semua manusia di muka bumi ini.
Yang kami lakukan adalah berdoa dan berusaha (
ora et labora ). Kami yakin bila berusaha tanpa berdoa, atau sebaliknya, berdoa
tanpa berusaha, hasilnya tidak akan maksimal. Jadi kami berusaha sambil
berserah kepada Tuhan. Biar Tuhan yang memimpin dan memberkati usaha kami ini
sesuai kehendakNya.
Bagaimana secara rohani saya menghadapi
kenyataan ini ?
Iman dan Pengharapan adalah suatu hal yang
tidak asing lagi dalam hidup saya. Saya selalu percaya, apapun yang terjadi,
Tuhan selalu sayang sama saya dan selalu ada di dekat saya. Saya pun merasa
saya bukanlah siapa-siapa ( hanya debu dan suatu saat akan kembali menjadi debu
). Oleh karena itu dalam menjalani hidup ini, saya selalu berharap kepada
Tuhan, yang telah memberikan nafas kehidupan bagi saya selama ini.
Namun saya tahu, bahwa ada yang lebih penting
dari iman dan pengharapan itu sendiri, yaitu KASIH.
Beberapa ayat Alkitab ( sesuai iman
kepercayaan saya ) yang menjadi pedoman hidup saya :
Demikianlah tinggal
ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di
antaranya ialah kasih ( 1 Kor 13:13)
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata :
"Berbahagialah ,
hai kamu yang miskin , karena kamulah yang empunya Kerajaan
Allah.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang
ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.
Berbahagialah, hai kamu yang sekarang
ini menangis , karena kamu akan tertawa.” ( Lukas 6 : 20-21 )
"Tetapi kepada kamu, yang
mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu , berbuatlah
baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang
yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” ( Lukas 6 : 27-28
)
Yang paling sulit
dipraktekkan adalah ayat yang terakhir ( Lukas 6 : 27-28 ). Tapi saya mencoba
mempraktekkannya secara nyata dalam kehidupan saya saat ini dalam menghadapi
kasus kematian Gaby di kolam renang sekolahnya. Awalnya sangat sulit rasanya untuk
mengasihi mereka yang diduga bersalah atas kepergian Gaby. Namun setiap saya berdoa Bapa Kami, dan setiap saya menyebutkan
kalimat “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah
kepada kami” saya merasakan seperti ditampar. Saya belajar untuk mulai
mengampuni mereka yang bersalah kepada saya.
Menyadari saya juga bukan manusia
yang sempurna dalam hal dosa, timbul keinginan saya untuk segera melakukan
pengakuan dosa. Saya kemudian mendatangi seorang Romo di Gereja terdekat untuk menerima
sakramen pengakuan dosa. Setelah melakukannya, hati saya menjadi lebih lega
dari sebelumnya.
Saat ini saya
sudah mengikhlaskan kepergian anak saya Gaby, untuk kembali kepada Allah Bapa di
Surga. Saya juga sudah berserah kepada Tuhan atas kelanjutan proses hukum kasus
Gaby. Biarlah kuasa Tuhan saja yang bekerja atas proses hukum Gabriella. Saya
hanya berusaha, berdoa, percaya dan pasrah pada kehendak Tuhan. Tuhan pasti
akan memberikan yang terbaik bagi kami. Saya tidak mau memaksa Tuhan untuk mengabulkan
doa saya, sebab saya tidak pantas melakukannya. Saya hanya berharap akan belas
kasihNya atas doa-doa saya.
Kerajaan Allah memang bukan berasal dari dunia ini,
tapi kalau Tuhan mau menunjukkan kuasaNya di dunia ini, Why Not ? Kenapa tidak
? Semua kemungkinan bisa terjadi atas kehendakNya. Segala sesuatu yang
kelihatannya tidak mungkin akan menjadi mungikin bila Tuhan menghendakiNya.
Saya tahu dalam
menyingkapi suatu kasus, pasti akan menuai pro dan kontra di masyarakat. Namun
semua itu kembali lagi kepada keyakinan saya sendiri. Saya yakin dengan apa
yang sejauh ini saya lakukan, sebab semuanya sudah saya serahkan kepada Tuhan.
Tuhan yang akan menuntun saya di jalan yang sudah direncanakanNya untuk saya.
Sebagai manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan, yang terpenting bagi saya
adalah relasi saya kepada Tuhan. Sebab hanya Tuhan yang memahami isi hati saya
saat ini.
Walaupun saya harus
mendaki gunung, melewati lembah, menerjang badai dan angin topan, serta
berjalan di dalam hutan belantara, asal saya berjalan bersama Tuhan Yesus, saya tidak takut, dan saya akan tetap memegang erat tanganNya, karena saya tahu Ia akan
membawa saya kepada hamparan padang rumput yang hijau, dimana disana Gaby telah
menunggu saya sambil tersenyum dan berkata “Ma, cium dulu.” Amin.
SEJAK KAU HADIR
Sejak Kau hadir dalam
hidupku
Ku rasa semua berbeda
Walaupun langit terkadang kelabu
Namun ku tahu Engkau bersamaku
Ku rasa semua berbeda
Walaupun langit terkadang kelabu
Namun ku tahu Engkau bersamaku
Kau sungguh berharga
bagi diriku
Tak ingin ku jauh dariMu
Biarlah tangan ku menggenggamMu erat
Bawa aku dalam rencana Mu
Tak ingin ku jauh dariMu
Biarlah tangan ku menggenggamMu erat
Bawa aku dalam rencana Mu
Kau Allah sumber
kekuatanku
Kau Allah sumber pengharapanku
S'lamanya ku kan hidup dalamMu
RancanganMu sempurna bagiku
Kau Allah sumber pengharapanku
S'lamanya ku kan hidup dalamMu
RancanganMu sempurna bagiku
No comments:
Post a Comment