Blog ini berisi kumpulan kisah Gaby semasa hidupnya dan perjalanan proses hukum atas kasus kematiannya.
Saturday, February 2, 2019
"HAMPIR SAJA KEBUANG"
Setelah dokter di RS tempat dimana Gaby dilarikan oleh pihak sekolah membisikkan kepada mama bahwa Gaby telah tiada, dokter menyuruh perawat untuk melepas baju renang yang saat itu masih melekat di badan Gaby. Setelah itu baju renang dan celana itu dimasukkan ke kantong plastik dan diserahkan kepada mama. Kantong plastik itu mama letakkan di mobil.
Setelah itu mama dan papa mendampingi jenazah Gaby yang setelah keluar dari ruang jenazah di RS tersebut, langsung dibawa ke RS Polri Kramatjati untuk divisum. Setelah itu mama dan papa mengurus jenazah Gaby di rumah duka dan memandikan Gaby untuk yang terakhir kalinya.
Setelah peti jenazah Gaby diletakkan di ruang duka, dan malam semakin larut, mama pulang bersama dede dan ama, dengan diantar paman Gaby ( adik papa Gaby ), sementara papa Gaby masih berada di rumah duka. Rencananya mama hanya mengambil barang-barang untuk diletakkan di peti jenazah Gaby dan akan segera kembali lagi dengan diantar paman Gaby. Maka papa Gaby menunggu disana sampai mama balik lagi ke rumah duka.
Sesampainya di rumah, mama membawa turun barang-barang, salah satunya adalah kantong plastik yang berisi baju renang pink dan celana dalam kuning Gaby. Selain kantong berisi baju renang Gaby, mama juga menurunkan satu kantong berisi seragam batik biru Gaby yang Gaby pakai saat berangkat ke sekolah, seragam yang dipakai Gaby sebelum pelajaran renang dimulai, sebelum ia menggantinya dengan baju renang.
Ketika mama mau melangkah masuk ke rumah, suara hati mama berkata "Nih baju renang sama celana dalam kuning mendingan ga usah dibawa masuk ke rumah. Bawa sial aja nih baju renang dan celana dalam, karena Gaby meninggal pakai baju renang dan celana ini. Kalau yang plastik berisi seragam Gaby itu harus disimpan buat kenang-kenangan dimana Gaby saat itu memasukkan seragam itu dalam keadaan hidup dan ternyata itu adalah saat-saat terakhirnya sebelum akhirnya pelajaran renang wajib di sekolah itu merenggut nyawanya secara paksa."
Mama lalu membuka tutup tempat sampah yang ada di halaman rumah dan membuang plastik berisi baju renang pink dan celana dalam kuning Gaby itu ke dalamnya. Lalu membawa masuk plastik yang berisi seragam Gaby untuk disimpan.
Setelah barang-barang yang hendak dibawa ke rumah duka terkumpul, dan mama bersiap mau berangkat lagi ke rumah duka, dede terlihat gelisah sekali tidurnya. Akhirnya mama memutuskan untuk ngga jadi berangkat malam itu, tetapi menundanya menjadi besok pagi, karena ngga tega ninggalin dede. Mama menelpon papa Gaby dan akhirnya papa Gaby juga pulang ke rumah saat dini hari.
Lalu mama memberitahu paman Gaby yang menunggu mama untuk mengantar balik mama ke rumah duka, bahwa mama tidak jadi balik ke rumah duka malam itu. Lalu paman Gaby berkata "Oh ia, tadi polisi minta baju renang Gaby buat jadi barang bukti. Aku bawa aja sekarang sekalian biar bisa dikasihkan ke polisinya. Biar ngga lupa."
Mama langsung jawab "Wah, sudah aku buang ke tong sampah. Untung diingetin. Kalo ilang gimana tuh." Sambil buru-buru mama ambil lagi plastik berisi baju renang itu dari tempat sampah. Untung aja malam itu paman Gaby yang anter mama pulang, jadi bisa mengingatkan mama untuk mengamankan baju renang itu untuk diserahkan ke polisi. Kalau tidak, plastik berisi baju renang itu besoknya pasti sudah diangkut sama mobil sampah yang setiap hari mengambil sampah-sampah ke setiap rumah. Mau cari dimana lagi lagi coba tuh baju renang Gaby kalo hilang ? Itulah bukti bahwa Tuhan masih baik sama kita Bie...
Sampai Putusan Kasasi dari Mahkamah Agung, baju renang pink dan celana dalam kuning Gaby masih selalu disebut-sebut. Dan mama selalu teringat kisah dibalik baju renang pink dan celana dalam kuning ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Terlampir foto kenangan saat Gaby memakai baju renang pink dan celana dalam kuning yang disebutkan dalam Salinan Putusan Kasasi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment